Cari Blog Ini

Kamis, 08 Oktober 2009

Haji dan Ketaatan Total

Sejak dulu, saya sering merasa takjub saat melihat kaum muslimin menyemut dari satu ritual ke ritual lainnya saat bulan haji tiba; di Ka’bah, Mina, Muzdalifah dan Arafah. Bak magnet yang memiliki medan yang kuat, semua tempat itu mampu menyedot kepatuhan dan ketaatan kaum muslimin tanpa reserve. Luar biasa!

Untuk ritual haji, siapapun pasti akan ikhlas-ridho mengikuti tata cara dan aturan main yang telah Allah tetapkan, bahkan tak sedikit pengorbanan yang harus dicurahkan. Pengorbanan harta, waktu, tenaga dan pikiran, semuanya rela dikeluarkan demi mencapai kemabruran haji.

Haji pada pokoknya adalah perjalanan mengubah diri menuju kepada Allah, Sang Pencipta. Seyogyanya, orang yang telah melaksanakan ibadah haji ketaatannya akan bertambah kuat dan pengorbanannya untuk Allah dan Rasul akan semakin hebat. Karena itulah hakikat dari ibadah haji. Haji bukanlah prestise, bukan gelar dan bukan kebanggaan. Banggalah manakala keimanan kita kian hari kian tebal. Banggalah saat kita mampu menahan diri saat hawa nafsu menguasai jiwa. Banggalah saat kita selalu dapat mensyukuri kenikmatan yang telah Allah beri. Banggalah saat kita mampu menginfakkan harta dikala sempit. Banggalah manakala kita mampu menjaga aib keluarga dan saudara seiman kita. Banggalah manakala Allah bangga kepada kita karena prestasi amal kita padaNya dan pada makhluk-makhlukNya.

Haji bukanlah apa-apa jika kita tidak bisa menghayatinya. Haji akan sia-sia jika tujuannya adalah manusia bukan DIA. Haji hanya akan menyisakan titel saja, jika tujuannya sebatas untuk titel H dan Hj di depan nama kita.

Berazamlah, untuk melaksanakan ibadah haji hanya semata-mata mencari keridhoanNya. Berjanjilah, sepulang melaksanakan ibadah haji, akan menjadi hamba yang memiliki ketaatan total kepada Allah SWT dan RasulNya. Insya Allah. [yulikade]

Belajar Mudah Ibadah Haji dan Umroh

Pengantar
Berikut ini kami coba paparkan poin-poin penting mengenai tata cara Ibadah Haji dan Umroh secara ringkas dan sederhana, disertai dalil-dalil yang menunjang. Ya! Hasil mengais ilmu ke sana-sini tea.

Pada dasarnya Ibadah haji diwajibkan sekali seumur hidup. Selebihnya hukumnya sunnah bagi yang mampu. Oleh karenanya kita mestilah berupaya sekuat tenaga agar ibadah yang diwajibkan sekali seumur hidup tersebut sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sehingga mudah-mudahan ibadah haji yang kita laksanakan mabrur dan maqbul.

Ada 3 macam cara ibadah haji:
Haji Ifrad
Haji Qiron, dan
Haji Tamattu

Indonesia sendiri telah menetapkan tata cara ibadah haji yang ketiga yaitu Haji Tamattu. Untuk itu, jamaah haji Indonesia melaksanakan umroh terlebih dahulu sebelum melaksanakan haji.

IBADAH UMROH
Ibadah Umroh dilakukan beberapa saat setelah tiba di tanah haram. Adapun ibadah umroh meliputi :
1. Ihlal ihrom umroh
2. Thowaf qudum dan sholat di maqom ibrohim
3. Sa’i
4. Tahallul

Berikut penjelasannya :
1. IHLAL IHROM UMROH
Dilakukan di miqot makani dg membaca:

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ عُمْرَةً
”Ya Allah, aku penuhi panggilanMu (untuk beribadah) umroh”
Atau

لَبَّيْكَ عُمْرَةً
Dilanjutkan dengan talbiyah berulang-ulang
(Baru berhenti ketika akan memulai Thowaf Qudum) :

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
اِنَّ الْحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ الْمُلْكَ،
لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Ya Allah aku datang memenuhi panggilanMu, aku datang memenuhi panggilanMu. Tidak ada sekutu bagiMu, maka aku penuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan segala nikmat dan semua kerajaan adalah milikMu, tidak ada sekutu bagiMu”

Miqot Makani Gelombang II (insya Allah kami berangkat gelombang II) adalah Qarnul Manazil, dan jamaah berihlal Ihrom umroh di atas pesawat.

Saat Ihrom, dilarang :
1. memakai:
pakaian yg bertangkup/nyarung (pria)
sepatu yg menutup mata kaki (pria)
topi/kopiah/penutup kepala (pria)
penutup muka/cadar & kaus tangan (wanita)
dilarang menggunakan farfum / wangi-wangian (pria/wanita)
2. memotong rambut
3. berburu
4. menikah/meminang
5. mengganggu tanaman di mekah & madinah
6. berkata kotor, bohong dan atau berbantahan/berkelahi
2. THOWAF QUDUM
Bagi pria disunatkan berihrom dengan idlthiba’ (pundak sebelah kanan terbuka)
Masuk masjid dari Babussalam/ babu bani syaibah (sambil baca do’a masuk masjid)
Saat pertama kali melihat ka’bah, membaca do’a :

اَللّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَ تَعْظِيْمًا وَ تَكْرِيْماً وَ
مَهَابَةً، وَ زِدْ مَنْ شَرَّفَهُ وَ كَرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ اَوِ
اعْتَمَرَهُ تَشْرِيْفًا وَ تَعْظِيْمًا وَ تَكْرِيْمًا وَ بِرًّا
”Ya Allah, tambahkanlah rumah ini kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kehebatan. Dan tambahkanlah bagi orang yang memuliakan dan menghormatinya di antara orang-orang yang berhaji dan umroh dengan kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kebaikan”

Atau

اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ
”Ya Allah, UntukMu keselamatan dan dari Engkaulah keselamatan, maka hidupkanlah kami dalam keselamata”

• Menuju arah hajar aswad.
• Ketika sampai, talbiyah dihentikan
• Kemudian (boleh) taqbil (mencium) atau istilam (meraba), atau istilam lalu taqbil, atau isyarat (melambaikan tangan lalu tangan tersebut di kecup), sambil membaca:

بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ اَكْبَرُ
”Dengan nama Allah Yang Maha Besar”

· Mengelilingi ka’bah 7 putaran,
Caranya ka’bah ada di arah kiri , bagi pria 3 putaran awal berlari-lari kecil.
· Sampai di rukun yamani jika mungkin boleh meraba tanpa ada bacaan khusus
· Antara rukun yamani & rukun aswadi, membaca :

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka”

Sesampainya di sekitar maqam ibrohim, membaca:

وَ اتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلَّى
”Dan jadikanlah sebagian tempat
dari maqom ibrohim itu tempat shalat”

Shalat 2 raka’at di maqom Ibrohim
caranya:
maqam ibrohim ada antara kita & ka’bah (jangan melewati/sejajar)
shalatnya munfarid (sendiri)
bacaannya dikeraskan
§ rakaat ke 1 baca al-fatihah lalu al-kafirun
§ rakaat ke 2 baca al-fatihah lalu al-ikhlash
· Setelah selesai shalat, kembali ke arah hajar aswad untuk taqbil/ istilam/isyarat, sambil membaca:

بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ اَكْبَرُ

3. SA’I
Dikerjakan antara shofa dan marwah sebanyak 7 balikan
Diawali di shofa dan berakhir di marwah
1. Shofa – Marwah 5. Shofa – Marwah
2. Marwah – Shofa 6. Marwah – Shofa
3. Shofa – Marwah 7. Shofa – Marwah
4. Marwah – Shofa

Ketika sampai di bukit shafa, membaca:

اِنَّ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ
”Sesungguhnya Shofa dan Marwah itu
adalah diantara syi’ar-syi’ar Allah”

Lalu menghadap ke ka’bah kemudian berdo’a sambil mengangkat tangan:

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ
قَدِيْرٌ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ اَنْجَزَ وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ
وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
”Allah Maha Besar 3x.
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa
Tiada sekutu bagiNya.
BagiNya lah seluruh kerajaan dan bagiNya segala pujian
Dia sangat berkuasa atas segala perkara
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa,
Yang memenuhi segala janjiNya,
serta Dia sendiri yang menghancurkan musuh-musuhNya

setelah selesai disambung do’a sesuai dengan keperluan (diulang sampai 3 x)

Kemudian turun menuju bukit marwah
Sampai di lampu hijau hingga lampu hijau berikutnya, bagi laki-laki disunatkan lari-lari kecil
Di bukit marwah, mengerjakan seperti yang dikerjakan di bukit shafa, hanya saja tanpa membaca:اِنَّ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ الله

4. TAHALLUL
· Yaitu menggunting rambut
· Dilaksanakan setelah selesai sa’i

Setelah tahallul, maka selesailah seluruh rangkaian ibadah umroh dan semua larangan ihrom kembali menjadi halal. Selanjutnya tinggal menunggu tgl 08 dzulhijjah (hari tarwiyyah) untuk melaksanaan rangkaian ibadah haji hingga tanggal 12 Dzulhijjah (Nafar Awal) atau 13 Dzulhijjah (Nafar Tsani).


IBADAH HAJI

Ibadah Haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah (Nafar Awal) atau hingga 13 Dzulhijjah (Nafar Tsani).

Aktivitas dalam Ibadah Haji meliputi :
Ihlal ihrom Haji
Mabit/bermalam di Mina
Wukuf di Arafah
Mabit di Muzdalifah
Melempar jumroh aqobah
Tahallul
Menyembelih al-hadyu
Thawaf Ifadhoh
Melempar 3 jumroh
Thawaf wada’

Berikut penjelasannya :
1. IHLAL IHROM HAJI (8 Dzulhijjah)
Ihlal Ihrom dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyyah) setelah shalat subuh. Untuk kemudian berangkat menuju Mina, untuk bermalam di sana hingga subuh tanggal 9 Dzulhijjah.
Membaca :

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ حَجّاً
“Ya Allah aku datang memenuhi panggilanMu
(untuk beribadah) haji”
Atau membaca

لَبَّيْكَ حَجّاً

Dilanjutkan dengan bacaan talbiyyah
(Baru berhenti saat akan melempar Jumroh Aqobah tanggal 10 Dzulhijjah). Bacaan talbiyyah sebagai berikut :

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
اِِنَّ الْحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ الْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Dalil terkait hal ini adalah :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَدِمْنَا مَعَ النبيى ”صلعم“
فَأَحْلَلْنَا حَتىَّ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ وَ جَعَلْنَا مَكََّةَ
بِظَهْرِ لَبَيْنَا بِالْحَجِّ

”Dari Jabir berkata: Kami datang bersama Nabi saw (ke Mekah) kemudian kami Tahallul sampai hari Tarwiyyah, dan kami meninggalkan Mekah dengan Ihrom Haji” (HR. Bukhori)

2. MABIT/BERMALAM DI MINA (8 Dzulhijjah – 9 Dzulhijjah pagi)
Bermalam di Mina dilakukan mulai tanggal 8 Dzulhijjah sampai tgl 09 Dzulhijjah pagi, ba’da subuh. Di Mina jama’ah haji mengerjakan shalat dhuhur & ashar, maghrib & isya dijama’ qashar, serta shalat shubuh.

Hal ini berdasar pada hadits Nabi SAW :

فَلَمَّا كاَنَ يَوْمُ التَّرْوِيَّةِ تَوَجَّهُوِا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوْا
بِالْحَجِّ وَ رَكِبَ رَسُوْلُ اللهِ فَصَلَّى بِهاَ
الظُّهْرَ وَ الْعَصْرَ وَ الْمَغْرِبَ وَ الْعِشاَءَ وَ
الْفَجْرَ.....

”Maka ketika hari tarwiyyah, mereka menghadap menuju ke Mina, lalu ia berihlal dengan haji, dan Rasulullah SAW naik kendaraan, ia sholat di Mina; dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan shubuh...”
(HR. Bukhori)



3. WUKUF DI ARAFAH (9 Dzulhijjah, ba’da dhuhur sampai maghrib)
Pagi-pagi (ba’da sholat subuh) tanggal 9 Dzulhijjah jamaah haji berangkat dari Mina menuju ke Arafah untuk melaksanakan wukuf.

عَنِ ابْنُ عُمَرَ قاَلَ: غَدَوْناَ مَعَ
رَسُوْلِ اللهِ مِنْ مِنًى إِلَى
عَرَفَةَ فَمِناَّ الْمُلَبِّى وَ مِناَّ الْمُكَبِّرُ

“Dari Ibnu Umar, ia berkata: Kami pergi pagi-pagi bersama Rasulullah SAW dari Mina ke Arafah, maka di antara kami ada yang bertalbiyyah, dan ada yang bertakbir” (H.R. An-Nasai)

Pelaksanaan wukuf dimulai mulai matahari tergelincir (dhuhur) sampai matahari terbenam (maghrib).
Adapun tatacara wukuf antara lain :
o Khutbah Arafah
o Shalat dhuhur & ashar dijama’ taqdim qashar (1 adzan 2 iqamah)
o Berdo’a, sambil mengangkat tangan dan menghadap kiblat.
· Jika waktu wukuf telah selesai maka jama’ah haji berangkat menuju ke muzdalifah, untuk mabit disana.

Dalil-dalil terkait hal ini antara lain adalah :

فَأَجَازَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهاَ
حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِا لْقَصْوَاءِ فَرَحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ
الْوَادِى فَخَطِبَ النَّاسَ فَأَذَّنَ ثُمَّ أَقاَمَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقاَمَ فَصَلَّى
الْعَصْرَ وَ لَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُماَ شَيْئاً

“Selanjutnya beliau berjalan sampai Arafah, maka beliau mendapatkan kubah (tenda) yang dibangun di Namiroh, kemudian beliau singgah di Namiroh, sehingga apabila matahari tergelincir, beliau menyuruh membawakan qoswa (nama unta beliau), kemudian unta itu diserahkan kepada beliau. Selanjutnya beliau pergi ke tengah-tengah lembah, lalu beliau berkhutbah (menasihati) manusia, kemudian adzan, lalu iqomah, lantas sholat dhuhur, lalu iqomah lagi terus melakukan sholat ashar dan beliau tidak sholat apa-apa lagi di antara dua sholat itu...”
(HR. Muslim dari Jabir)


قاَلَ أُساَمَةُ بْنُ زَيْدٍ، كُنْتُ رَدِيْفَ النَّبْيِّ
بِعَرَفَاتٍ فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُوْ

“Usamah bin Zayd berkata: Aku pernah membonceng pada Nabi saw di Arofah, beliau berdo’a sambil mengangkat tangannya”
(HR. An-Nasai)

4. MABIT DI MUZDALIFAH
• Dimulai sejak malam sampai pagi-pagi tanggal 10 Dzulhijjah.
• Yang dilakukan adalah: shalat maghrib & ‘isya dijama’ ta’khir qashar dengan 1 adzan 2 iqamah
• Pagi-pagi sebelum syuruq menuju ke Mina.
• Sebelum berangkat, berdo’a sesuai dengan keperluan sambil menghadap kiblat.

وَ دَفَعَ حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهاَ الْمَغْرِبَ وَ
الْعِشاَءَ بْأَذَانٍ وَاحِدٍ وَ إِقاَمَتَيْنِ وَ لَمْ يُسَبِّحْ
بَيْنَهُماَ شَيْئاً ثُمَّ أَضْطَجَعَ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرَ

“Dan Rasulullah SAW berangkat (dari Arofah) hingga sampai ke Muzdalifah; lalu sholat maghrib dan isya dengan satu kali adzan dan dua iqomah, dan beliau tidak sholat sunnat di antara dua sholat itu; kemudian beliau berbaring hingga terbit fajar”
(HR. Muslim)

قاَلَ ابْنُ عُمَرَ، أَنَّ النَّبْيَّ ”صلعم“ أَذِنَ
لِضَعْفَةِ النَّاسِ مِنَ الْمُزْدَلِفَةِ بِلَيْلٍ

“Ibnu Umar berkata: Bahwasannya Nabi SAW memberi izin kepada orang-orang yang lemah meninggalkan Muzdalifah di waktu malam.“ (HR. Ahmad)

5. MELEMPAR JUMROH AQOBAH (10 Dzulhijjah)
Waktu jumroh Aqobah adalah mulai dhuha sampai maghrib. Caranya adalah :
• berdiri menghadap jumroh
• posisi kiblat ada di arah kiri
• melakukan 7 lemparan dg batu kerikil
• setiap lemparan diiringi bacaan اللهُ اَكْبَرُ
• setelah selesai 7 lemparan, membaca:

اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْباً مَغْفُوْرًا

“Ya Allah jadikanlah haji yang mabrur, dan dosa yang terampunkan”
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits :

فَرَماَهاَ بِسَبْعِ حَصَياَتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصاَةٍ مِنْهاَ

“…Maka Rasulullah SAW melemparinya dengan batu kerikil, setiap lemparan batu diiringi dengan takbir.” (HR. Muslim)

عَنْ جاَبِرٍ قاَلَ، رَمَى رَسُوْلُ الله
الْجَمْرَةَ يَوْمَ النَّحْرِ ضُحًى وَ رَمَى بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ

“ … Dari Jabir berkata: Rasulullah SAW melempar Jumroh (Aqobah) pada hari nahar pada waktu dhuha dan melempar sesudah hari nahar (tgl. 11, 12 dan 13) bila tergelincir matahari” (HR. An-Nasai)

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ يَزِيْدَ عَنْ أَبِيْهِ قاَلَ: أَفِصْتُ مَعَ عَبْدِ اللهِ مِنْ جَمْعٍ فَماَ زَالَ يُلَبِّى حَتَّى رَمَى
جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ فَاسْتَبْطَنَ الْوَادِى. ثُمَّ قاَلَ ياَ ابْنَ أَخِى نَوِّلْنِى سَبْعَةَ أَحْجاَرٍ.
فَرَماَهاَ بِسَبْعٍ حَصَياَتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصاَةٍ حَتَّى إِذَا فَرَغَ قاَلَ
"أَللهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْراً وَ ذَنْباً مَغْفُوْرا"

“Dari Muhammad bin Abdurrahman bin Yazid, dari bapaknya, dia berkata: Aku pergi bersama Abdullah dari (Arofah/Muzdalifah), terus menerus dia bertalbiyyah sampai dia melempar Jumroh Aqobah. Lalu dia turun ke tengah lembah kemudian berkata: Hai anak saudaraku! Berilah aku 7 batu! Lalu dia melemparkannya dengan tujuh lemparan batu hingga bila selesai (7 lemparan) berkata, Allohummaj’alhu hajjan mabruro wa dzanban maghfuro”. (HR. As-Sunan, al-Kubro al-Baihaqi)

6. TAHALLUL AWAL (Tanggal 10 Dzulhijjah)
Tahallul awal (memotong rambut), bagi pria lebih utama digundul, berdasarkan hadits nabi saw :

عَن أَبِى هُرَيْرَةَ، قاَلَ رَسُولُ الله أللهُمَّ اغْفِرْ للمُحَلِّقِيْنَ. قاَلُوْا و
لِلْمُقَصِّرِيْنَ؟ قاَلَ أللهُمَّ اغْفِرْ للمُحَلِّقِيْنَ. قاَلُوْا وَ لِلْمُقَصِّرِيْنَ؟ قَالَهاَ ثَلاَثاً قاَلَ
وَ لِلْمُقَصِّرِيْنَ

“Dari Abi Hurairoh, Rosululloh Saw bersabda: Semoga Alloh mengampuni (dosa) bagi orang-orang yang menggunduli kepalanya . mereka bertanya: dan bagaimana orang yang hanya menggunting rambut saja? Jawab Nabi: semoga Alloh mengampuni (dosa) bagi orang yang menggunbuli kepalanya. Mereka bertanya (lagi): dan bagaimana bagi orang yang hanya menggunting rambutnya? Beliau mengatakan sampai tiga kali. Sabdanya: dan demikian pula orang yang menggunting rambutnya”.
(HR. Bukhori Muslim)

Setelah tahallul awal, semua larangan ihrom kembali menjadi halal, kecuali hubungan suami istri.
7. MENYEMBELIH HADYU
Bagi haji tamattu & qiron al-hadyu hukumnya wajib
• penyembelihan dilaksanakan di manhar (jagal)
• utamanya dilaksanakan tanggal 10 Dzulhijjah
• boleh juga dilaksanakan pada ayyamu tasyriq.

8. THOWAF IFADHOH/ TAHALLUL TSANI
• Dilaksanakan di mekah (masjidil haram)
• Yaitu mengelilingi ka’bah 7 putaran, diawali dan diakhiri di arah hajar aswad
• Masuk ke mesjid boleh dari pintu mana saja
• Tidak ada shalat di maqam ibrohim
• Bagi pria tidak ada lari-lari kecil
• Dan tidak ada sa’i ba’da thawaf ifadhoh

Setelah thawaf ifadhoh, semua larangan ihrom kembali halal termasuk hubungan suami istri.

9. MELEMPAR 3 JUMROH (hari tasyriq, 11,12,13 Dzulhijjah)
Waktunya ba’da dhuhur sampai maghrib. Adapun mengenai tata caranya :

Jumroh ula & wustho
· menghadap jumroh
· melakukan 7 lemparan dg batu kerikil. setiap lemparan diiringi bacaan :
اللهُ اَكْبَر
· setelah selesai, berdo’a sesuai dg keperluan (menghadap kiblat & mengangkat tangan)

Jumroh Aqobah
Sama dengan tanggal 10 Dzulhijjah
• berdiri menghadap jumroh
• posisi kiblat ada di arah kiri
• melakukan 7 lemparan dg batu kerikil
• setiap lemparan diiringi bacaan اللهُ اَكْبَرُ
• setelah selesai 7 lemparan, membaca:

اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْباً مَغْفُوْرًا

Jika diakhiri hanya sampai tanggal 12 Dzulhijjah disebut “NAFAR AWAL”. Namun jika diselesaikan sampai tanggal 13 Dzulhijjah disebut “NAFAR TSANI”

10. THAWAF WADA’
• Thawaf wada’ dilakukan ketika akan meninggalkan kota mekah, yaitu bagi jamaah haji/umroh
• Caranya sama dengan thowaf ifadhoh
• Thawaf wada’ tidak termasuk pada rangkaian ibadah haji atau umroh
• Bagi yang ada udzur (termasuk wanita haidl), tidak mengapa jika tidak sempat thawaf wada’, asalkan sudah melaksanakan thowaf ifadhoh.

Setelah selesai ibadah haji, baik di Mekkah ataupun di Madinah tidak ada lagi ibadah yang terkait dengan ibadah umroh atau haji. Jika ada waktu luang dianjurkan melakukan thawaf sunnat, dan boleh berziarah ke tempat-tempat bersejarah.

Di Balik Pembuatan Bucil Haji

Semoga tidak ada yang keberatan, buku -yang sedang ada di tangan bapak/ibu/sahabat sekarang ini- kami beri nama BUCIL HAJI (Buku Kecil Haji). Entahlah, padahal ukurannya tidaklah kecil, tapi daripada kami beri nama buku saku, kan lebih repot lagi, hehe...

Oya,
Pertama kali kami berucap syukur Alhamdulillah kepada Allah Rabbul ’Izzati, Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Qadir, yang telah memberikan karunia Iman dan Islam kepada kami, dan yang telah memberikan kami kesempatan menjadi tamu-Nya. Meski panggilan itu saat ini masih terdengar sayup, namun dengan penuh kelemahan, hingga detik ini kami tak henti berharap, semoga kian hari, panggilanNya terdengar semakin kencang... dan kami pun betul-betul menjadi tamuNya yang terpanggil di Dzulhijjah 1430 H.
Amiiin (mohon diaminkan juga ya... J)

Tak lupa,
Kami pun menghaturkan shalawat bagi baginda tercinta Rasulullah Muhammad SAW. Manusia pilihan. Manusia teladan. Satu-satunya manusia yang patut kita cintai.
Yaa Rasulullah, betapa rindu kami padamu... betapa besar ingin kami berjumpa denganmu, betapa kuat hasrat kami berkunjung ke tempat-tempat yang menjadi saksi bisu perjuanganmu, menjejakan kaki di masjidmu, duduk di depan mihrab dimana engkau sering berdiri untuk menjelaskan syari’atNya yang agung, serta mentafakuri tempat-tempat dimana engkau dan para shahabat memperjuangkan Islam hingga menang. Ah, luar biasa!
(Ya Allah, kami mohon dengan sangat, berilah kami kesempatan itu...)

Tentang buku ini,
Entah bagaimana kami harus melukiskan kebahagiaan yang dirasa, tatkala kemudahan demi kemudahan dalam persiapan penyusunan buku ini diberikanNya pada kami. Subhanallah, sungguh Dialah Allah SWT yang telah membuat segalanya menjadi mudah setelah sempit. Ya, ”Inna ma’al ’ushri yusroo”, dalam kesulitan pastilah ada kemudahan. Dan hal itu pulalah yang kami rasakan.

Terus terang saja, sejak awal kami memang punya itikad kuat untuk membuat buku sebagai buah tangan. Buku yang berisi pengalaman, curhatan dan sedikit tuntunan praktis ibadah haji hasil belajar sana-sini. Dalam bayangan dan ingin kami, bucil ini dicetak layak dan bagus, dengan cover full color dan foto manis kami sekeluarga (hehe, dasar narsis ya?), menggunakan art paper dan disain yang eye catching...
Byaarr! Tapi kemudian, rencana itu sempat buyar...dan tersendat saat kami menimbang-nimbang bea cetaknya.

Puffhh, saya jadi ingat...
Saat itu, saya sempat mengurungkan niat, dan memutuskan untuk melihat sikon. ”Jika ada rezeki...lanjut, tapi jika tidak ada, ya apa mau dikata?” pikir saya. Toh menerbitkan buku bukan rukun ataupun syarat haji. Betul betul betul? Hukumnya tidak wajib, malah sunnah pun tidak. Sama halnya seperti walimatussafar. Andaikata ada rezeki, Alhamdulillah, Insya Allah mendapat pahala silaturahmi dan shodaqoh. Tapi ketika tidak ada dana ya tidak usah memaksakan diri bukan? Hukumnya kan ngga wajib. Apalagi sampe ngutang sana sini atau minta sama keluarga... wah, ngga banget deh...hehe. Yang terpenting kan memohon maaf, menghalalkan kekhilafan dan minta do’anya.

Dalam kegalauan yang sempat mendera (karena kuatnya keinginan untuk menulis) saya terus memutar otak... ”ya Allah, meski tak sesuai rencana, saya tetap ingin membuat buku untuk buah tangan”... Dan saya pun berpikir keras mencari cara, gimana supaya bucil ini tetap bisa keluar tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam. Saya pun membincangkannya dengan suami, untunglah ide masih berseliweran di dalam benak, hingga terkelebat satu pikir untuk menerbitkan alakadarnya saja (tanpa berniat memaksakan diri). Ya, alakadarnya!... Akhirnya kami pun sepakat, buku ini diperbanyak dengan fotocopy, dan cover kita pesan, tapi tentu saja cover buku yang sederhana, satu warna dan dengan jumlah yang terbatas.
Itulah rencana final kami.

Akhirnya, suami menelpon seorang ahli disain, yang tiada lain adalah salah seorang sahabat sekaligus partner bisnis kantornya; ustadz Senyumadvertising!. Kami pun mengungkapkan rencana, mengimelkan konten dan membincangkan disain kepadanya. Diluar dugaan, ustadz Senyumadvertising mengungkapkan kepada suami, jikalau cover yang kami pesan besar kemungkinan dicetak full color. Karena beliau kebetulan tengah mengerjakan pesanan untuk full color, jadi bisa sekalian ’nebeng’ ceritanya. ”Wah...boleh juga” pikir saya. Tapi, apa harganya jadi naek ya?...wuih, musti siap-siap nih, bisik hati saya.

Dua hari berselang. Lalu sampailah sebuah pesan dari suami pada saya, bahwa cover buku sudah jadi, dan bisa diambil secepatnya. Keesokan harinya, saya pun mengambilnya, dan surprise! Allah mengabulkan keinginan saya di awal, full color!! Alhamdulillah...

Tak lama, suami mengontak ustadz Senyum via SMS, menanyakan berapa rupiah yang harus kami transfer padanya...1 hari...2 hari berlalu namun SMS kami belum jua dibalasnya. 3 hari kemudian, barulah SMS itu mendapatkan respon. Dan tahukah apa jawaban ustadz Senyum yang baik hati itu? : FREE. Gratiss... Allahu Akbar! Allahu Ghaniy!! Kurang lebih 600 eksemplar cover full color diberikan untuk kami secara Cuma-Cuma. Syukron ustadz! Jazakumullah khairan katsiiran. Semoga Allah menggantinya dengan rezeki yang melimpah dan pahala yang banyak. Allah Maha Mendengar keinginan hambanya! Lagi-lagi perhitungan saya dan perhitunganNya tak sejalan. Ah, speechless jadinya teh...

Tapi jauh dari itu semua, sebetulnya tujuan dan niat kami membuat bucil ini tidak lain adalah sebagai wasilah supaya kami lebih bisa berterimakasih dan memohon maaf kepada berbagai pihak. Ada hal yang ingin kami bagi, juga menjadi alasan penting betapa kami ingin menuliskan beberapa hal terkait pengalaman dan ilmu yang kami kumpulkan. Intinya sih, write for share kali ya? J Siapa tau tulisan kami menginspirasi. Siapa tau ilmu-ilmu yang kami tulis ulang dan kami rujuk dari berbagai sumber yang sangat bisa dipercaya dapat menjadi amal jariyah...amiin.

Terlalu banyak pihak yang telah membuat segalanya menjadi mudah dan ringan, tentu saja kami tak bisa menyebutkannya satu persatu. Kedua orangtua di Bandung dan Kuningan, tentu saja. Berkat do’a dan dukungannya yang terus mengalir ke Bogor, kami selalu merasa bisa... ya, sebuah jaminan pasti Allah mengabulkan do’a-do’a mereka. Keluarga yang full spirit dan support... We Love You Full!... Dan tentu saja, pihak yang sudah siap menampung kerepotan dititipi aa-teteh saat kami berangkat nanti. Dengan apa kami harus membalas?... Hanya Allah lah sebaik-baik pembalas.

Tolong maafkan jika kami pernah menorehkan luka, berbuat kurang pantas atau tidak sopan, berkata menyakitkan dan kurang ahsan. Mohon dihalalkan jika pernah ada benda (apapun bentuknya) yang kami gunakan tanpa izin. Untuk guru-guru tercinta, terimakasih atas semua yang telah diberikan. mohon maaf jika pernah menorehkan luka... Semoga kebaikan guru-guru sekalian dibalas dengan kebaikanNya yang tiada terkira. Amiin.

Satu lagi,
Kami berharap, buku ini menjadi buah tangan yang berbekas. Semoga bucil ini menjadi kenangan manis untuk bapak/ibu/sahabat sekalian... Siapa tau kami tak kembali... ya, siapa tau?
Tapi tentu kami pun sangat sadar sesadarnya, bahwa tulisan dalam bucil ini bukanlah karya yang patut dibanggakan (ya, toh niat kami bukanlah itu). Mohon maaf jika ditemui banyak kesalahan dan kekurangan. Akhirnya, hanya kepada Allah lah kami memohon perlindungan. Nastaghfirullaahal’adhiim...


Yuli-Dadang