Cari Blog Ini

Senin, 27 Juli 2009

terorisme : konstruksi opini itu gugur sudah

Opini, Koran Republika
Senin, 27 Juli 2009 pukul 01:18:00

Daniel Rudi Hariyanto dan Anab Afifi
Mahasiswa Kajian Media, IKJ dan Praktisi Komunikasi dan Alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki

Sejak terjadinya aksi bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, seluruh perhatian media massa terpusat pada pemberitaan peristiwa tersebut. Sebuah model pemberitaan berhasil mengonstruksi opini publik sekaligus mengabaikan hak-hak masyarakat untuk memperoleh informasi objektif berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik investigatif.

Jika dikaji tayangan audio visual beberapa stasiun televisi swasta, dapat kita temukan kemasan pemberitaan yang padat dan berulang pada setiap konten berita. Kemasan tersebut dibumbui dengan thriller-thriller dan bumper yang sangat cepat. Diambil dari potongan-potongan visual dan audio, diedit dengan ritme yang cepat, disertai scoring musik yang menarik.

Media televisi komersial menunjukkan perlombaan dalam menampilkan berita terbaru. Konten berita yang berulang-ulang dan selalu sama bagaikan cerita yang selalu ditutup dengan open ending yang membuka interpretasi dan persepsi yang berlebihan di mata pemirsa. Maka, konsumen berita terus-menerus digiring dalam ruang informasi yang samar-samar.

Konstruksi berita
Teknologi informasi telah melahirkan konsekuensi percepatan penyiaran berita. Berita tidak lagi berbatas ruang dan waktu. Media televisi dengan sangat praktis dapat segera menyiarkan liputan lapangan secara langsung kepada publik. Demikian yang dapat kita saksikan jam demi jam. Sejak 17 Juli, dalam satu hari, stasiun penyiaran terkesan berlomba dan bersaing merebut segmen pemirsa dengan melansir berita terbaru di lapangan.

Pada jam-jam awal peristiwa, dapat disaksikan rekaman beberapa video amatir yang diambil oleh saksi mata di lapangan. Jam-jam berikutnya, para saksi sudah masuk studio untuk memberikan keterangan peristiwa. Berikutnya konten diisi oleh analisis beberapa pengamat.

Situasi hari pertama adalah situasi yang gamang. Belum adanya titik terang dari hasil investigasi Polri membawa konsekuensi munculnya spekulasi media peyiaran. Informasi yang tumpang tindih berkutat sekitar koran dan lokasi pengeboman. Dimunculkannya pengamat intelijen dan pengamat terorisme menambah spekulasi bertambah kuat.

Tiga hari libur panjang merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan opini publik. Hari-hari berikutnya, analis-analis memberikan pernyataan yang memfokuskan aksi peledakan kepada jaringan Jamaah Islamiyah. Jaringan ini memang menjadi langganan pemberitaan setelah peledakan bom Bali 1. Noordin M Top dan kelompoknya menjadi sorotan, manakala muncul inisial N. Media menerjemahkannya sebagai satu di antara dua pelaku peledakan bom bunuh diri.

Nur Sahid alias Nur Hasbi adalah santri Ngruki seangkatan Asmar Latin Sani. Fotonya dilansir dalam setiap pemberitaan, berulang-ulang kali. Foto lelaki dengan kacamata hitam itu sangat jauh dari wajah teroris. Ia seperti wajah pemuda-pemuda desa berkacamata hitam lainnya. Warga Dusun Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung Jawa Tengah itu menjadi headline setiap berita.

Sementara berita itu telah dilansir media massa, pihak kepolisian yang menangani investigasi belum memberikan keterangan apa pun. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa media massa menjadikan keterangan sekunder sebagai berita yang primer. Keberadaan keluarga Nur Sahid khususnya dan warga Temanggung pada umumnya merasa terganggu dengan adanya pemberitaan tersebut.

Televisi menyiarkan gambar rumah keluarga Nur Sahid yang tertutup rapat. Tayangan visual yang ditambah dengan narasi reportase tersebut semakin menambah dramatis berita yang belum tentu memiliki kekuatan data tersebut.

Munculnya video kedatangan laki-laki bertopi yang menjinjing tas beroda telah membangun opini yang sangat kuat terhadap Nur Sahid. Tayangan video rekaman itu berasal dari rekaman kamera pemantau keamanan JW Marriott. Tayangan ini menambah kekuatan drama berkaitan dengan pengembangan informasi yang telah dikonstruksikan sejak awal peristiwa.

Ketika tayangan berikutnya didapatkan dari kamera pemantau Hotel Ritz Carlton yang menyampaikan adanya pengeboman ke dua, tampak seorang lelaki berjalan tergesa-gesa ke arah restoran Airlagga. Beberapa saat kemudian, ledakan terjadi. Penonton tidak disuguhkan detail kedatangan pelaku, seperti video dari Hotel Marriott.

Kedua tayangan tersebut semestinya dikaji lebih mendalam, terkait dengan sistem pengamanan yang diberlakukan pada kedua hotel.

Tayangan kedua video tersebut disertai narasi berita yang difokuskan pada pelaku bom bunuh diri Nur Sahid, alumni Ngruki, bagian dari Jamaah Islamiyah kelompok Noordin M Top dan konstruksi paling atas adalah pondok pesantren asuhan Ustaz Abu Bakar Baasyir.

Gugurnya konstruksi opini
Enam hari setelah peritiwa peledakan, Polri memberikan keterangan bahwa inisial N yang disebut sebagai penghuni kamar 1808 Hotel JW Marriott ternyata tidak sesuai dengan DNA yang diambil dari anggota keluarganya. Tentunya, keterangan resmi Polri tersebut membawa dampak berantai pada konstruksi opini yang telah hampir satu minggu ini dibentuk oleh media massa elektronik dan cetak.

Gugur sudah konstruksi opini yang telah dibangun media massa, terutama media televisi selama enam hari ini. Sebuah stasiun televisi swasta, pagi-pagi benar di segmen acara editorial, mencoba membangun konstruksi baru dengan menyampaikan narasi yang menciptakan respek terhadap kerja-kerja lembaga kepolisian yang independen dan profesional. Munculnya keterangan mengenai satu di antara dua pelaku yang masih berusia antara 16 atau 17 tahun menjadi fokus baru. Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan perekrutan anak-anak sebagai pelaku pengeboman sebagai cara baru. Ada pembahasan dari pengamat psikologi anak yang menyampaikan gugatan terhadap praktik teror bom bunuh diri yang menggunakan anak-anak sebagai pelaku.

Berita berikutnya adalah pembahasan lembaga intelijen. Pengungkapan teorisme tidak hanya menjadi tugas kepolisian, melainkan juga tugas semua aaparat keamanan negara.

Hari keenam setelah peledakan, media massa, khususnya televisi komersial, terkesan berbalik dan mencari arah serta fokus pemberitaan. Dalam hal ini, terdapat satu hal penting yang harus disadari oleh semua pihak. Perlunya langkah-langkah dari media massa.

Pertama, mesti ada sikap baik untuk menyampaikan klarifikasi terhadap pemberitaan sebelumnya. Kedua, menyampaikan permintaan maaf kepada segenap masyarakat, korban, keluarga di Desa Ketekan Temanggung, Pesantren Al Mukmin Ngruki, serta Ustaz Abu Bakar Baasyir disebabkan berita-berita yang selama ini dilansir telah merugikan moralias sosial pihak-pihak tertentu.

Ketiga, media massa semestinya melakukan perbaikan dalam teknik investigasi berita, bukan mengedepankan kuantitas berita tanpa memedulikan kualitas berita. Penyiaran langsung memiliki potensi kesalahan data dan penyataan narasumber. Pakem-pakem investigasi semestinya dipegang teguh para jurnalis dalam menyampaikan fakta di lapangan.

Gugurnya konstruksi opini yang terbangun selama enam hari ini, jika tidak segera disikapi dengan baik, akan melahirkan pola dan bentuk terorisme baru yang dilakukan media massa. Kamera, perekam suara, pena, dan berita akan menjadi bom-bom baru yang menciptakan ketakutan dan membahayakan kelangsungan negara serta kemanusiaan secara keseluruhan.

Komentar :
Dari tulisan Opini diatas telah terbukti Media Massa sebagai pilar ke-4 dalam sistem demokrasi:
1. Gagal menyajikan kebenaran kpd masyarakat
2. Media telah ‘mengatur’ masyarakat, not what to think, but what to think about. Sehingga realita berita yang sesungguhnya tertutupi dan termanipulasi
3. Media massa terus-menerus melakukan propaganda&penyesatan opini ttg Dunia Islam

Sedangkan peran media massa di dalam Islam adalah:
1. Sarana Memberi Petunjuk Jalan Kehidupan yang Lurus
2. Sarana Mengajak Umat Dunia kepada Kebenaran dan Kemuliaan Islam
3. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar di kalangan umat Islam agar tidak terpengaruh penyesatan Propaganda Dunia

"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" (T.QS Al-Isra:81)

Masyarakat/ummat harus semakin cerdas memilih&memilah informasi dari media massa, mana kebenaran&mana penyesatan..

Don’t trust the media but be the media..!

membangun keharmonisan antara kakak dan adik

Keharmonisan di dalam rumah tentu menjadi impian semua orang. Dengan keharmonisan, apa yang diimpikan yaitu menjadikan rumah sebagai surga (baytii jannatii) akan terwujud. Atau dengan kata lain, maqashid syariah dari sebuah kehidupan berkeluarga yaitu terciptanya suasana sakinah mawaddah wa rahmah akan tercapai (QS. Ar-Ruum : 21) . Keharmonisan bukan hanya milik suami dan istri, melainkan untuk semua anggota keluarga; antara orang tua dan anak, juga antara saudara sekandung; kakak dan adik.

Boleh dikata, tidak ada satu pun keluarga yang tidak pernah mengalami konflik. Termasuk antara kakak dan adik di dalam rumah. Tidak sedikit kita saksikan fakta di sekeliling, kakak dan adik yang tidak akur, bertengkar, saling mencela, bahkan mungkin saling menyakiti.

Mungkin tidak sedikit dari orang tua yang merasa bingung menyikapinya, atau malah tidak jarang orang tua salah mengambil sikap dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Membiarkan konflik berlarut-larut akan membawa dampak buruk tidak hanya bagi perkembangan kepribadian anak (menjadi pencemburu, egois, iri dan dengki), tapi juga akan menjadi ancaman bagi keharmonisan dan keutuhan rumah tangga itu sendiri. Sudah bisa dipastikan, hubungan kakak-adik yang tidak harmonis akan mengakibatkan satu diantaranya tidak betah berlama-lama tinggal di rumah. Jika sudah demikian, maka lingkungan pergaulan akan menjadi rumah kedua bagi mereka.

Orang tua ; kunci keharmonisan kakak-adik

Anak adalah amanah Allah Swt kepada orang tua. Interaksi antar saudara di dalam keluarga tentunya tidak lepas dari peran orang tua sejak awal dalam pengasuhan.

Al-Ghazali di dalam Ihya-nya mengatakan ”Hati anak-anak masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dibina untuk menjadi baik, maka ia pun akan menjadi baik. Dan kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi. Orang tua dan para pendidiknya pun akan turut menanggung dosanya”
Rasulullah Saw bersabda,
”Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dalam keadaan fithrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi”(HR. Bukhari)

Orang tua memegang peranan penting dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi putra-putri yang shalih dan shalihah; taat kepada Allah Swt, berbakti kepada kedua orang tua serta memiliki kepribadian Islam yang mumpuni.

Orang tua yang menyiapkan anak-anaknya menjadi shalih dan shalihah dido’akan oleh Rasulullah Saw,
”Semoga Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya menjadi anak yang berbakti” (HR. Ibnu Hibban)
Untuk membangun keharmonisan antara kakak dan adik, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari orang tua dan seluruh anggota keluarga. Orang tua memegang peranan penting dalam upaya mengharmoniskan hubungan kakak-adik di dalam rumah. Bagaimana caranya? Berikut kiat-kiatnya :

1. Pahamkan anak akan kewajiban terikat kepada syariat (termasuk tentang adab dan akhlaq kepada saudara) sejak dini
Setiap orang tua pasti mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, taat kepada Allah dan RasulNya, hormat dan patuh pada orang tua dan saling menyayangi antara saudara sekandung; kakak menyayangi adik dan adik hormat pada kakaknya.

Anak akan senantiasa terikat kepada syari’at jika aqidahnya kokoh. Menanamkan aqidah yang kokoh adalah tugas orang tua yang utama. Tentu saja prosesnya sangatlah panjang, bahkan harus dimulai sejak anak berada di dalam kandungan. Orang tua harus berupaya semaksimal mungkin agar anak-anaknya selalu menjadikan Allah Swt dan RasulNya berada di urutan nomor satu. Sehingga anak menjadi sosok hamba Allah yang sami’naa wa atho’naa terhadap segala perintah dan laranganNya.

Persoalan menanamkan pemahaman yang benar tentang adab dan akhlaq kepada saudara kandung pun tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh proses dan perjuangan dari orang tua dalam membiasakan anak-anaknya untuk saling menghormati dan menyayangi satu sama lain. Orang tua hendaknya sudah mulai menanamkannya sejak dini. Bahkan mungkin ketika sang adik masih di dalam kandungan. Misalnya, dengan memberikan pengertian bahwa ia juga berasal dari perut ibu, sama seperti adiknya. Ibu juga bisa menceritakan bagaimana merawat dia dengan sepenuh hati dan menyayanginya sama seperti yang dilakukannya sekarang kepada sang adik. Dalam keadaan seperti ini, ibu mengondisikan agar kakak menyayangi adiknya yang masih ada dalam kandungan.

Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan melibatkan kakak untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan adik baru. Perlakuan demikian akan membuat kakak merasa dihargai, sehingga ia tidak akan cemburu. Bahkan hal tersebut akan menambah rasa kasih sayang kakak terhadap adiknya.

Berikanlah pengertian dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak sesuai dengan tingkat berpikirnya. Jika anak sudah menginjak usia baligh, orang tua dapat memberikan pemahaman disertai dalil-dalil syar’iy yang terdapat di dalam al-Qur’an maupun Hadits. Misalnya dengan menceritakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, bahwa Anas bin Malik ra berkata, ”Ada orang tua datang ingin menemui Nabi Saw, dan orang-orang yang ada di dalam majelis tidak segera melapangkan tempat untuk memberikan jalan kepada orang tua tersebut. Kemudian Nabi Saw bersabda, ’Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang lebih tua’” (Shahih Shahihul Jami’ no. 5445, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas)

Atau hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari dari Kulaib Al-Juhani ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Saudara tua adalah orang yang menempati posisi orang tua”.

Dua hadits tersebut menunjukkan bahwa kakak haknya dihormati, sehingga kewajiban adik adalah menghormati kakak. Sebaliknya, hak adik adalah disayangi, sehingga kakak berkewajiban untuk menjaga dan menyayangi adik.

Maka ketika orang tua menanamkan dalam jiwa kakak perasaan kasih sayang, cinta kepada adik, dan juga menanamkan dalam diri adik sifat menghormati dan menghargai kakak, maka keluarga akan berjalan dengan harmonis dan bersahaja. Karena setiap individu dalam keluarga mengetahui hak dan kewajibannya satu sama lain.

2. Berikan teladan terbaik dari orang tua
Kebaikan dan keshalihan orang tua membawa pengaruh besar terhadap pembinaan jiwa anak. Keteladanan yang baik akan membawa kesan positif dalam jiwa anak. Jangan harap anak akan saling menghargai dan menyayangi satu sama lain, jika orang tua terbiasa bersikap dan berkata kasar kepada pasangan atau kepada anak-anaknya.

Orang tua dituntut untuk selalu menjadi yang terdepan dalam ketaatan dan kebaikan, karena anak melihat mereka setiap waktu. Dan orang tua akan menjadi cermin bagi anak-anaknya hingga dewasa.

Bangunlah sebuah motivasi bersama di dalam rumah agar senantiasa dapat meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Swt bersama-sama. Tentu saja dengan orang tua sebagai contoh utama. Gambarkan kepada anak-anak, bahwa kebersamaan yang diharapkan adalah kebersamaan yang bukan hanya di dunia, melainkan juga sampai ke akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Swt.

”Dan orang-orang yang beriman yang diikuti oleh keturunan mereka dengan keimanan, Kami akan pertemukan keturunan mereka dengan mereka. Dan kami sedikit pun tidak akan menyia-nyiakan amal (shalih) mereka” (TQS. Thur : 21)

3. Bersikaplah adil dan jangan pilih kasih
Ketidakadilan dan sikap pilih kasih orang tua terhadap anak-anak akan menimbulkan rasa cemburu dan dengki dalam jiwa anak karena merasa dirinya disisihkan. Itulah yang dahulu terjadi pada Nabi Yusuf as yang diutamakan dari saudara-saudaranya yang lain. Akibatnya, saudara-saudara Nabi Yusuf as berkomplot untuk mencelakainya, bahkan merencanakan untuk membunuhnya (QS.Yusuf :8-9). Karena itulah Rasulullah Saw telah menerangkan bagaimana cara memperlakukan anak dengan adil dan tidak pilih kasih.

Rasulullah Saw bersabda,
”Bertakwalah kepada Allah, bersikaplah adil terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)

”Bersikaplah adil diantara anak-anak kalian dalam pemberian sebagaimana kalian suka berlaku adil diantara kalian dalam kebaikan dan kelembutan (HR. Ibnu ’Abid Dunya)

Rasulullah Saw bahkan pernah menegur seorang sahabatnya tatkala dia hanya mencium anak laki-lakinya saja, sementara itu anak perempuan (yang juga ada bersamanya) tidak diberi ciuman. Saat melihat kejadian tersebut kemudian Rasulullah Saw bersabda, ”Kamu tidak bersikap adil pada keduanya!” (HR. Bayhaqi dari Anas)

Mengistimewakan satu atas yang lainnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak, yaitu munculnya sikap cemburu, iri, dengki bahkan permusuhan yang dapat berujung pada pemutusan tali persaudaraan. Selain itu sikap pilih kasih juga akan mengakibatkan memburuknya hubungan anak dengan orang tua. Akibatnya, hubungan anak dengan orang tua pun menjadi tidak harmonis.

Orang tua yang bersikap adil akan memperoleh kebaikan dan pahala yang berlipat ganda dari sisi Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasul Saw,
”Orang-orang yang bersikap adil akan (dimuliakan dengan) ditempatkan di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam (melaksanakan) hukum (syari’at)nya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin”. (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ’Ash)

4. Jika terjadi ’perang saudara’, bersegeralah dalam melerainya
Jika timbul perselisihan dan pertengkaran antara kakak-adik, orang tua harus segera bertindak untuk melerai dan menjernihkan hati dan pikiran mereka, agar tidak timbul kebencian dan dendam yang berlarut-larut.

Lihatlah masalah yang terjadi secara objektif, siapa yang benar dan siapa yang salah. Jangan pernah menyalahkan salah satu pihak, meskipun memang satu diantara keduanya melakukan kesalahan. Karena menyalahkan salah satu pihak bukanlah tindakan bijaksana.

Memberikan motivasi kepada dua belah pihak untuk saling memaafkan satu sama lain adalah cara terbaik. Doronglah mereka untuk berani meminta maaf (jika berbuat salah), dan berlapang dada untuk memaafkan. Berikan apresiasi jika ada salah satu diantara mereka yang mau mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu. Gambarkan bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-hambaNya yang menyadari kesalahannya lalu meminta maaf dan memohon ampunan kepadaNya. Allah Swt juga mencintai hamba-hambaNya yang mau memaafkan kesalahan orang lain.

Hargailah pihak yang benar lalu tumbuhkan empatinya, agar ia tidak memposisikan dirinya sebagai pemenang. Juga tenangkan dan hiburlah yang salah, agar ia tidak terlalu merasa terpojok. Disinilah pentingnya orang tua menghargai perasaan masing-masing dan melihat permasalahan dengan jernih serta tidak bertindak emosional.

5. Berikan nasehat kepada anak-anak di saat yang tepat
Memberi nasihat sewaktu pertengkaran terjadi saat emosi sedang membara tidak akan ada gunanya. Jangankan anak-anak, orang tua pun akan sulit menerima nasehat dalam keadaan diri sedang emosi. Untuk itulah, diperlukan waktu yang tepat disaat hati mulai tenang untuk membicarakan pertengkaran yang telah terjadi.

Carilah waktu di saat anak sedang santai untuk membicarakan kembali kesalahan-kesalahan saat pertengkaran terjadi. Cara ini juga sekaligus memberikan stimulus pada anak agar terbiasa melakukan muhasabah (evaluasi diri).

Rasulullah Saw sendiri menganjurkan beberapa pilihan waktu untuk memberi nasehat kepada anak-anak, yaitu :
1) Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan
2) Di waktu makan
3) Saat anak sakit

6. Doakanlah anak-anak, selalu!
Menjadi sebuah kemestian bagi orang tua untuk senantiasa mendo’akan anak-anaknya. Karena, selain do’a itu sendiri diperintahkan oleh Allah Swt, tenyata do’a juga akan semakin menghangatkan kasih sayang dan semakin memantapkan cinta orang tua terhadap anak.

Mohonkanlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan penuh harap agar rumah tangga senantiasa diliputi keberkahan dan harmonis satu sama lain. Berdo’alah selalu agar anak-anak kita menjadi qurrata a’yun yang kokoh aqidahnya, taat syari’at, baik akhlaqnya, dan selalu tolong menolong dalam ketaatan dan kesabaran. Mohonkan juga agar kita –orang tua- dan anak-anak kelak di yaumil akhir dipertemukan kembali di jannahNya. Insya Allah.

Wallahu a’lam bishshawab

(yuli kusumadewi)

Pentingnya Tahfidz Qur'an Sejak Dini

Siapapun kita, sebagai orangtua muslim tentu mengharapkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Taat pada Allah Swt, ittiba’ kepada Rasulullah Saw, taat syari’atNya, berbudi pekerti yang baik dan berbakti pada orangtuanya. Anak yang shalih dan shalihah adalah anak-anak yang benaknya dipenuhi dengan al-Qur’an, bahasanya adalah bahasa al-Qur’an dan perilakunya adalah cerminan al-Qur’an.

Sebaik-baik bahasa adalah bahasa al-Qur’an, sebaik-baik tuntunan adalah al-Qur’an. Maka jika kita menginginkan anak-anak kita berbahasa yang baik dan berprilaku luhur, dekatkanlah mereka dengan al-Qur’an. Jika kita mengharapkan anak-anak kita mudah taat dan bersegera dalam menjalankan syari’atNya, buatlah mereka mencintai al-Qur’an dan menghapalnya.

Mengapa Tahfidzul Qur’an begitu urgen?

Allah Swt berfirman :
”Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (TQS. Al-Isra : 9)

Rasulullah Saw bersabda :
”Orang yang mahir dengan al-Qur’an akan bersama-sama dengan rombongan malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik... (HR. Muslim dari Aisyah ra)

”Bacalah al-Qur’an, karena al-Qur’an akan datang pada hari kiamat kelak memberi syafaat (pembelaan) kepada ahlinya” (HR. Muslim dari Umamah al Bahili ra)

Dengan tahfidzul qur’an tentu saja anak akan menjadi dekat dengan al-Qur’an. Anak pun akan menjadi lebih peka terhadap suara dan gaya bahasa al-Qur’an, sehingga akan muncul rasa tidak senang terhadap suara dan gaya bahasa yang kasar.

Tahfidzul qur’an juga akan berefek meningkatkan konsentrasi anak. Dan jika ini terjadi, maka sangat dekat kemungkinan anak kita untuk berkonsentrasi dalam menerima ilmu dan pemahaman dalam proses belajar mengajar, termasuk akan mudah mengingat hal apapun yang kita tanamkan kepadanya.

Anak juga akan memiliki hati yang lembut, karena hal itu dijanjikan Allah dalam firmanNya ;
”Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram...” (QS. Ar-Ra’d : 28).

Tidak hanya itu, tahfidzul qur’an juga akan menghidupkan jiwa yang mati.Sabda Rasul Saw :”sesungguhnya orang yang didalam hatinya tidak ada al-Qur’an sedikitpun (yang dihapal), bagaikan rumah yang akan roboh” (HR. Tirmidzi)

Allah juga memberikan apresiasi bagi orang-orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an, Sabda Rasul saw :
”Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”Hadits ini juga memberi motivasi untuk para orang tua agar turut serta dalam proses ’membenakkan’ al-Qur’an pada anak-anaknya.

Bagaimana arah pembelajaran Tahfidzul Qur’an kepada anak :

Pembelajaran tahfidzul qur’an akan memberikan motivasi kepada anak untuk selalu meraih derajat tertinggi di hadapan Allah Swt dengan menghapalkan al-Qur’an. Benak anak kita pun akan dipenuhi dengan al-Qur’an.

Memorinya akan banyak terisi oleh ayat-ayat Allah, sehingga para orang tua akan lebih mudah mengingatkan dan mengarahkan anak-anaknya.Selain itu, tentu saja tahfidzul qur’an akan membuat anak-anak kita mudah dalam menguasai dalil-dalil syara’, dan akan jauh lebih mudah bagi para orangtua untuk menanamkan pemahaman syari’ah kepada anak-anaknya.

Tips tahfidz qur’an untuk anak

• Pilih waktu yang nyaman dan suasana yang menggembirakan. Tidak masalah jika anak-anak sedang bermain. Menghapal al-Qur’an tidak berarti posisi anak dengan guru/orang tua yang mengajarkannya ’face to face’. Cukup dengan memastikan pendengarannya ’on’, meski dia melakukan aktivitas (misalnya menulis, menggambar, bermain puzzle, dll).

Menghapal alqur’an bisa dilakukan secara terjadwal (misal ba’da shalat subuh dan ba’da shalat maghrib, atau menjelang tidur) atau tidak terjadwal (saat anak main atau belajar dengan orangtuanya)• Bacakan satu surat utuh (jika surat pendek) dengan cara ; orangtua membacakan satu ayat, diulang oleh anak satu ayat. Jika anak masih Batita, orangtua cukup membacakan satu surat penuh berulang-ulang, minimal 10 menit.

• MP3, radio atau multimedia dapat membantu, jika orangtua memiliki keterbatasan dalam hapalan al-Qur’an atau mengalami kesulitan untuk membacakan ayat-ayat al-Qur’an fasih, tartil dan suara yang merdu.

• Jika anak melakukan kesalahan dalam hafalan, jangan memintanya untuk mengulanginya lagi, karena hal itu akan membebaninya dan membuatnya berkecil hati. Cukup dengan membacakan ulang kalimat ayat yang benarnya.

• Buatlah pola muraja’ah (mengulang) yang mengasyikkan. Mulailah dengan bercerita tentang satu tokoh atau satu kisah yang berkaitan dengan ayat-ayat yang sedang dihapal. Lalu, bacakanlah ayat/surat yang telah dihapalkan anak secara berurutan dengan nyaring dang gembira. Biarkan anak-anak kita mengikutinya.

• Jangan takut menetapkan target tahfidz untuk anak. Berkomitmenlah dengan suami/istri untuk menjalankan program ini sebaik mungkin.

Wallahu a’lam bishshawwab.

maaf lahir bathin...dan mohon do'a restu

tepatnya 3 minggu setelah melahirkan Hamasah, putri kedua kami, tiba-tiba suami mengeluarkan lembaran kertas. dan meminta sy untuk membubuhkan tanda tangan disana..

"mi, tanda tangan ya! disini..." ujarnya

"tanda tangan apa ayah?... bukan surat cerai kan?..."

"bukan atuh ummi..., ini hadiah buat ummi, yang sudah berjuang melawan maut dua kali..."

Dan betapa terkejutnya sy... tatkala melihat kertas itu adalah sebuah aplikasi setoran ONH atas nama sy. Allahu Akbar! Allahu Ghaniy... Allahu Rahiim...


Senang. Bahagia. Terharu. Ah, pokonya mah semua rasa campur jadi satu. Syukru lillaah wal hamdulillah.. Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...Terimakasih Ya Allah... I love U so much!Makasih juga ayah sayang...yang sdh memberi jalan...


Alhamdulillah panggilan itu akhirnya datang...setelah sempat terhambat karena dibatasinya kuota di tahun 2008. Insya Allah, mudah-mudahan tahun ini kami berdua berangkat ke tanah suci.MOHON MAAF yang sebesar-besarnya jika ada yang pernah tersakiti... mohon do'anya agar kami sampai umur dan kesempatan...

---

Ingatan sy melayang ke satu masa. Awal Dzulhijjah 1427 H. Jelang keberangkatan rombongan haji Kota Bogor (entah kloter berapa), sy didaulat untuk menjadi pemandu acr walimatussafar warga komplek yg akan menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Saat itu, kebetulan yang sangat betul.. ada sekitar 13 orang yang akan menjadi tamu Allah. Sehingga acr walimatussafar di gelar di lapangan basket yg letaknya di dlm komplek IPB4 (kyk nikah massal gitu deh). Entah apa yg membuat ibu2 calon haji (yang juga tetangga sy yang baik hati itu) memilih sy mjd MC. Tp krn hubungan yang terlampau erat, sy jg sulit menolak.


Akhirnya hr itu, sy tampil memandu acara.Walimatussafar yang sangat syahdu. mengharu biru krn banyak air mata yang tertumpah. sangat mengesankan.sy ingat, saat bersalaman dg ibu2 calhaj.. sy membisikkan do'a untuk mereka "Allahummaj'alhaa hajjan mabruuran..." dan tak lupa titip do'a.. "Ibu... do'akan sy sgr menyusul berangkat kesana..."Dan ketika sekarang panggilanNya sayup-sayup terdengar... sy kemudian berpikir "mungkinkah ini jwbn do'a tetangga-tetanggaku yang baik saat menunaikan ibadah haji dzulhijjah 1427 H dulu...?" yaa, sangat mungkin! :)


---


tentang apa yang saya alami sekarang..jujur, tidak pernah terlintas sebelumnya.berangkat haji dalam bayangan sy, masih jauuuh... lha rumah saja belum punya :)tabungan pun tak ada.tapi rezeki memang datang dari arah yang tidak disangka-sangka.ukuran manusia tidak selalu sama dengan ukuran Allah. rencana kita juga kadang tak sejalan dengan rencanaNYA.


Sy semakin mengerti dan memahami, bahwa benarlah yang Maha Berkuasa dan Berkehendak itu Allah..Subhanallah walhamdulillah...


Saat ini, sy pun masih diliputi perasaan harap-harap cemas.akankah usia dan kesempatan sy ada? bertamu di baytullaah.. memandang ka'bah dari dekat. Sholat di maqom ibrahim, berdo'a di multazam, kontemplasi di 'arafah... dan menyusuri tempat2 bersejarah ; merasakan geliat perjuangan Rasulullah junjungan dan sahabat2nya yang mulia...Allahumma ballighnaa...ya Allah.. berilah kami kesempatan itu... Amiin

---------------
dalam kesempatan yg baik ini, sy mau minta maaf yang sebesar2nya jika pernah melakukan kesalahan. khusus buat guru-guru tercinta, terimakasih atas semua yang telah diberikan. mohon maaf jika pernah menorehkan luka...


untuk teman2,kalo sy punya hutang atau janji yang belum ditepati... mohon diingatkan agar sy bisa segera menyelesaikannya.. syukron dan mohon do'anya...:)

wassalam
Yuli Kade

vaksinasi dan sistem dajjal

Koran Republika edisi Sabtu 25 April 2009 memuat sebuah berita yang sebenarnya sangat penting bagi ummat Islam. Letaknya di pojok kanan halaman 12. Berita itu memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi. Bayangkan..! Vaksin yang selama ini diharuskan bagi calon jamaah haji ternyata mengandung zat najis, bukan sekedar haram. Kita tahu bahwa dalam ilmu fiqh membersihkan tubuh dari bahan najis sejenis babi mengharuskan kita mencuci bagian tubuh yang tersentuh najis itu dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan tanah. Lalu bagaimana caranya bila zat najis itu dimasukkan ke dalam tubuh kita? Adakah cara untuk membersihkannya? Padahal di antara dampak barang haram, apalagi najis, yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim ialah tidak bakal dikabulkannya doa. Begitu kurang lebih penegasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Berarti para jamaah haji kita yang sudah bersusah payah dengan biaya besar pula pergi ke tanah suci, ternyata dengan syarat vaksin ini justru menyebabkan berbagai doa yang diajukannya di tempat-tempat mustajab menjadi sia-sia? Wallahua’lam.

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Kemudian Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam menyebut tentang seseorang yang baru pulang safar lalu menengadahkan tangannya ke langit berdoa: “Ya Rabb, ya Rabb.” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia menyantap apa-apa yang haram. Bagaimana yang demikian bisa dikabulkan? ” (HR Muslim 1686)
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membicarakan solusi dari masalah di atas. Kami cuma ingin mengingatkan pembaca bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini memang sungguh zaman yang tidak berfihak kepada Islam dan kaum muslimin. Kita sedang menjalani era paling kelam dalam sejarah Islam. Inilah babak keempat dari era Akhir Zaman. Inilah babak kepemimpinan para mulkan jabbriyyan (raja-raja / penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak sambil mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Sesudah runtuhnya tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara ummat Islam –yakni al-khilafa al-Islamiyyah- maka Allah menyerahkan giliran kepemimpinan ummat manusia kepada kaum kuffar. Apalagi setelah memasuki era globalisasi semakin tampak saja dominasi kaum kuffar atas kehidupan manusia di planet bumi ini. Dengan komandan negara Amerika Serikat di bawah konsultan Yahudi, dunia digiring menjauh dari nilai-nilai Rabbani. Pantas bilamana seorang ulama Pakistan bernama Imran Hussain berkata: ”We are living in a godless civilization.” (Kita sedang hidup dalam peradaban yang tidak bertuhan).

Problem vaksinasi hanyalah salah satu contoh kasus dari dominasi nilai-nilai kafir yang sedang mendominasi dunia dewasa ini. Pada hakikatnya segenap lini kehidupan dunia modern dewasa ini sarat dengan permasalahan jika ditinjau dengan perspektif ajaran Allah Al-Islam. Ketika dunia dipimpin oleh kaum kuffar wajarlah bila kita temukan berbagai lini kehidupan ummat manusia menjadi bermasalah. Semua ini tidak terlepas dari fakta bahwa para pemimpinnya sendiri tidak mengerti arah dan tujuan hidup di dunia. Lalu bagaimana lagi bisa diharapkan mereka dapat mengantarkan ummat manusia yang mereka pimpin menuju arah dan tujuan yang jelas dan benar?

Seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menulis sebuah buku berjudul ”Dajjal:The Anti-Christ.” Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Sistem Dajjal.” Dalam bukunya ia menjelaskan bahwa sejak hampir satu abad yang lalu dunia makin hari makin membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Kafir yang lebih cocok disebut sebagai Sistem Dajjal. Ia berpandangan bahwa Dajjal memiliki tiga sisi tampilan. Pertama, sisi sebagai gejala sosial budaya global. Kedua, Dajjal sebagai kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata. Dan ketiga, Dajjal sebagai individu atau oknum. Keberadaan sistem dan para pengurusnya itu, merupakan bukti dari Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Dilihat dari semua pertanda yang nampak dewasa ini, kedua sisi Dajjal tersebut - yang akan dijelmakan oleh si Dajjal sendiri - sudah sangat kentara, ini berarti kemunculan Dajjal sudah sangat dekat.
Jadi berdasarkan tulisan Ahmad Thomson dewasa ini Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata sudah mewujud. Tinggal Dajjal sang individu atau oknum yang belum muncul. Seluruh nilai-nilai yang berlaku dalam sistem Dajjal secara diameteral bertentangan dengan nilai-nilai Sistem Kenabian. Sebab sistem Dajjal berisi nilai-nilai kekafiran sedangkan sistem Kenabian mengandung nilai-nilai keimanan. Baik itu dalam bidang ideologi, sosial, politik, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, hukum, militer dan pertahanan keamanan. Tentu tidak ketinggalan ia juga mencakup aspek kehidupan yang disebut dengan dunia medis. Coba perhatikan kutipan tulisan Ahmad Thomson di bawah ini:

Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut.

Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang berkembang guna melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir.

Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924 . Di dalam situs itu ditulis:

“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib)

Saudaraku, sungguh terasa bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini benar-benar merupakan zaman penuh fitnah. Seandainya Allah tidak melindungi dan merahmati kita, niscaya kita terancam oleh kekuatan kaum kuffar yang setiap saat menebar kemudharatan. Kemudharatan mana tidak hanya mengganggu aspek fisik diri kita, melainakan mencakup aspek pemahaman bahkan aqidah kita.

Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh menuntut kita untuk sangat memperhatilkan peringatan Allah di bawah ini:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS Al-An’aam ayat 116)

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunujukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Berita yang memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi ternyata berbuntut panjang. Bagaimana tidak, sebab Vaksin Meningitis diharuskan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bagi calon jamaah haji Indonesia, bahkan seluruh jamaah haji sedunia. Anggota Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara' (MPKS) Departemen Kesehatan (Depkes), Prof Jurnalis Udin berkata: ''Pemerintah berniat melindungi rakyat, karena Pemerintah Arab Saudi mewajibkan calon jamaah haji harus divaksin supaya tidak terserang meningitis.'' (Koran Republika Kamis, 30 April 2009 pukul 23:27:00) Mau berangkat melaksanakan ibadah malah disyaratkan untuk dimasukkan terlebih dahulu zat najis ke dalam tubuh para hamba Allah tersebut..! Kalau kita ikuti pemberitaan soal kasus ini -di harian yang sama- ternyata pendapat yang muncul saling kontra satu sama lain. Ada sementara fihak yang terkesan meringan-ringankan masalahnya dan ada fihak lainnya yang tampak sangat peduli dan prihatin.

Pertama, hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan tersebut sudah melewati forum diskusi dengan para pakar, diantaranya pakar farmakologi Prof Dr T Kamaluddin Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (Unsri), pakar penyakit dalam dan pakar dokter anak. Artinya, ini bukan sekedar suatu lontaran yang diajukan oleh sekumpulan ulama yang hanya bergerak di bidang ilmu agama Islam semata. Ternyata mereka dengan penuh tanggung-jawab sudah melibatkan fihak yang memang membidangi urusan terkait. Sehingga sangat tidak pantas jika Departemen Kesehatan (Depkes) meragukan dugaan temuan LPPOM MUI Sumatra Selatan tentang kandungan enzim babi dalam vaksin meningitis (radang selaput otak) yang biasa digunakan jamaah haji dan umrah Indonesia. Jadi apa yang mereka sampaikan tentang vaksin meningitis yang mengandung enzim babi bukan tanpa melalui kajian. (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)

Sekretaris MUI Sumsel KH Ayik Farid berkata: ”Dalam Rakernas MUI sudah kami sampaikan bahwa proses pembuatan vaksin meningitis tersebut menggunakan enzim porchin dari binatang babi. LPPOM MUI Pusat juga sudah mengakui itu, namun karena sudah ada kontrak pengadaan vaksin tersebut selama lima tahun maka penggunaannya tidak bisa diganti.” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)

Benarkah hanya karena terlanjur sudah ada kontrak pengadaan vaksin selama lima tahun, maka penggunaannya tidak bisa diganti? Walaupun itu berarti mewajibkan terus-menerus jamaah haji untuk memasukkan ke dalam tubuhnya –lebih tepatnya ke dalam darahnya- zat najis yang tentunya bisa merusak ke-mabrur-an ibadah hajinya?

Kedua, ternyata kasus vaksin meningitis mengandung enzim babi ini merupakan kasus lama. Pemerintah –dalam hal ini Depkes dan Depag- sudah mengetahui hal ini sejak lama. Bahkan Direktur LPPOM MUI, Nadratuzzaman, mengatakan bahwa pemerintah sendiri sudah mengetahui kasus ini, tapi hanya mendiamkan saja. Laa haula wa laa quwwata illa billah...! Jadi, ini bukan suatu kasus yang baru terdeteksi sekarang. Ia sudah diketahui sejak lama. ”Nadratuzzaman menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berdiam diri, padahal mereka sudah tahu masalah ini sejak lama. Pihaknya mengaku telah mengirimkan surat berkali-kali ke Departemen Kesehatan agar mengganti vaksin yang mengandung enzim babi itu. "Tapi, tidak ada balasan. Mereka hanya menganggap kita membuat resah masyarakat," ujarnya menegaskan.” (Koran Republika Rabu, 29 April 2009 pukul 23:41:00)
Mengapa kasus yang demikian besar pengaruhnya bagi ke-mabrur-an jamaah haji dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah cq Depkes dan Depag?

Ketiga, pejabat tertinggi di kedua departemen yang paling bertanggungjawab dalam masalah ini tidak memberikan respon sebagaimana mestinya. Malah terkesan mengelak atau menyalahkan fihak lain. Menteri Kesehatan misalnya malah membantah tanpa pikir panjang bahwa vaksin Meningitis mengandung enzim babi. ”Depkes pernah melakukan penelitian kandungan vaksin itu dan ternyata negatif mengandung enzim babi. ''Tidak ada itu, tidak betul tuh,'' ujar Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari, dalam pesan singkatnya yang diterima Republika, Senin (27/4).” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 16:52:00)
Tanggapan Menteri Agama bahkan terdengar lebih aneh dan cenderung menyalahkan fihak lain: ''Saya sangat kecewa dan menyayangkan cara penyampaiannya yang dilakukan MUI. Mestinya, cukup disampaikan kepada kami, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Sehingga, tidak membuat gelisah calon jamaah haji,'' papar Menag. (Koran Republika Selasa, 28 April 2009 pukul 23:33:00)
Apakah respon kedua petinggi ini mencerminkan sikap bertanggung-jawab? Apakah mereka berdua tidak memahami efek syar’i yang ditimbulkan sebagai akibat adanya kandungan enzim babi di dalam vaksin Meningitis bagi jamaah haji? Ataukah keduanya memang sudah terikat dengan sebuah ”protap” yang harus dipatuhi sehingga mereka terkesan menganggap remeh perkara ini?

Keempat, selama ini pemerintah berlindung dibalik status hukum ”darurat” sehingga vaksin yang mengandung zat najis tetap diberikan kepada jamaah haji kita. Pemerintah berdalih bahwa vaksin Meningitis sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit mematikan radang selaput otak sedangkan vaksin dengan kandungan enzim babi tersebut merupakan satu-satunya solusi untuk mengatasinya. Jadi, dalam rangka menghindari suatu kemudharatan yang lebih besar maka diambillah kemadharatan yang lebih kecil, yaitu memandang ”halal” apa yang asalnya ”haram” .
Namun Sekretaris Umum MUI Pusat Ichwan Syam berkata: ''Tapi setelah kita yakin ada gantinya, apalagi saya dengar Malaysia sudah menggunakan vaksin dari sapi, tentunya lain masalahnya.” Lebih lanjut Ichwan Syam menegaskan bahwa pemerintah harus proaktif mencari pengganti vaksin tersebut. (Republika Newsroom Jumat, 01 Mei 2009 pukul 11:35:00)
Senada dengan itu Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub menuturkan, penggunaan vaksin meningitis berenzim babi diperbolehkan dengan syarat: pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya, sedangkan vaksin halal tak ada. Hal itu disebutnya sebagai kondisi darurat. ''Namun, jika setelah ada solusi, maka vaksin yang mengandung enzim babi itu harus diganti.'' (Koran Republika Sabtu, 02 Mei 2009 pukul 23:37:00)

Kelima, ternyata bukan hanya vaksin Meningitis yang mengandung enzim babi. Tetapi banyak vaksin lainnya mengandung enzim babi serupa. Hal ini jelas diutarakan oleh Direktur LPPOM MUI Nadratuzzaman. Ia berkata: "Ini masalah lama, kita tahu, Depertemen kesehatan juga tahu. Banyak vaksin yang mengandung enzim babi, bukan hanya vaksin meningitis saja.” (Republika Newsroom Selasa, 28 April 2009 pukul 19:29:00).
Masalah vaksinasi dengan kandungan enzim babi merupakan masalah khusus bagi umat Islam. Umat lainnya tidak peduli dengan halal-haramnya vaksinasi. Namun perlu diketahui bahwa bagi mereka yang bukan muslim vaksinasi juga merupakan masalah, sebab dari segi kesehatan fisik ternyata juga mengandung mudharat. Dan tentunya jika secara fisikpun ia membawa mudharat, bararti bagi ummat Islam lengkaplah sudah alasan untuk meninggalkan vaksinansi sepenuhnya. Vaksinasi haram secara tinjauan syar’i dan ia mudharat secara tinjauan medis.
Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924 . Di dalam situs itu ditulis:

“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib)

Keenam, benarkah vaksin Meningitis merupakan suatu persyaratan yang tidak bisa tidak bagi setiap calon jamaah haji? Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub mensyaratkan dua hal untuk menetapkan suatu keadaan darurat, yaitu: (1) pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya; serta (2) vaksin halal tidak tersedia.

Baiklah, andai kita asumsikan bahwa memang vaksin halal bisa diperoleh, lalu apakah itu sudah cukup alasan untuk mewajibkan jamaah haji diberikan ”vaksin Meningitis halal” tersebut? Pernahkah para pakar medis benar-benar melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa keselamatan jiwa terancam bila vaksin tersebut tidak diberikan? Benarkah selama ini vaksin Meningitis memang efektif untuk mencegah penularan penyakit radang selaput otak? Apakah tidak ada satupun jamaah haji Indonesia yang mencapai duaratusribuan orang lolos masuk ke tanah suci tanpa diberikan vaksin Meningitis? Lalu kalau benar ternyata ada yang lolos pernahkah kita mendengar kabar jamaah Haji Indonesia meninggal lantaran penyakit mematikan tersebut, padahal setiap tahunnya ada saja jamaah kita yang meninggal di musim haji?
Kita memandang perlu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini karena bukan rahasia lagi bahwa sebagian dokter tidak terlalu meyakini efektifitas vaksin ini. Bahkan tidak jarang kita temui dokter yang mengizinkan seseorang berangkat haji tanpa harus divaksin. Namun sikap ini biasanya mereka tampilkan hanya dalam forum terbatas. Jika sudah berbicara di forum terbuka mereka akan bicara mengikuti ”alur mantera” yang diharuskan oleh profesi medis-nya.
Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang berkembang guna melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam Sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir.

Saudaraku, sungguh terasa bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini benar-benar merupakan zaman penuh fitnah. Seandainya Allah tidak melindungi dan merahmati kita, niscaya kita terancam oleh kekuatan kaum kuffar yang setiap saat menebar kemudharatan. Kemudharatan mana tidak hanya mengganggu aspek fisik diri kita, melainkan mencakup aspek pemahaman bahkan aqidah kita.

Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh menuntut kita untuk sangat memperhatilkan peringatan Allah di bawah ini:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا
فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

”Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS Al-An’aam ayat 123)

Kita tidak mengatakan bahwa Menteri Agama dan Menteri Kesehatan sebagai penjahat-penjahat yang terbesar sebagaimana Allah singgung di atas. Namun kita khawatir bahwa mereka telah menjadi bagian dari suatu sistem lebih besar yang mengharuskan semua elemennya untuk mendukung ide jahat para pembuat makar dalam Sistem Dajjal dewasa ini. Wallahu a’lam.

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunujukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.(Ust. Ihsan Tanjung, www.eramuslim.com)