Cari Blog Ini

Senin, 27 Juli 2009

membangun keharmonisan antara kakak dan adik

Keharmonisan di dalam rumah tentu menjadi impian semua orang. Dengan keharmonisan, apa yang diimpikan yaitu menjadikan rumah sebagai surga (baytii jannatii) akan terwujud. Atau dengan kata lain, maqashid syariah dari sebuah kehidupan berkeluarga yaitu terciptanya suasana sakinah mawaddah wa rahmah akan tercapai (QS. Ar-Ruum : 21) . Keharmonisan bukan hanya milik suami dan istri, melainkan untuk semua anggota keluarga; antara orang tua dan anak, juga antara saudara sekandung; kakak dan adik.

Boleh dikata, tidak ada satu pun keluarga yang tidak pernah mengalami konflik. Termasuk antara kakak dan adik di dalam rumah. Tidak sedikit kita saksikan fakta di sekeliling, kakak dan adik yang tidak akur, bertengkar, saling mencela, bahkan mungkin saling menyakiti.

Mungkin tidak sedikit dari orang tua yang merasa bingung menyikapinya, atau malah tidak jarang orang tua salah mengambil sikap dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Membiarkan konflik berlarut-larut akan membawa dampak buruk tidak hanya bagi perkembangan kepribadian anak (menjadi pencemburu, egois, iri dan dengki), tapi juga akan menjadi ancaman bagi keharmonisan dan keutuhan rumah tangga itu sendiri. Sudah bisa dipastikan, hubungan kakak-adik yang tidak harmonis akan mengakibatkan satu diantaranya tidak betah berlama-lama tinggal di rumah. Jika sudah demikian, maka lingkungan pergaulan akan menjadi rumah kedua bagi mereka.

Orang tua ; kunci keharmonisan kakak-adik

Anak adalah amanah Allah Swt kepada orang tua. Interaksi antar saudara di dalam keluarga tentunya tidak lepas dari peran orang tua sejak awal dalam pengasuhan.

Al-Ghazali di dalam Ihya-nya mengatakan ”Hati anak-anak masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dibina untuk menjadi baik, maka ia pun akan menjadi baik. Dan kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi. Orang tua dan para pendidiknya pun akan turut menanggung dosanya”
Rasulullah Saw bersabda,
”Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dalam keadaan fithrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi”(HR. Bukhari)

Orang tua memegang peranan penting dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi putra-putri yang shalih dan shalihah; taat kepada Allah Swt, berbakti kepada kedua orang tua serta memiliki kepribadian Islam yang mumpuni.

Orang tua yang menyiapkan anak-anaknya menjadi shalih dan shalihah dido’akan oleh Rasulullah Saw,
”Semoga Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya menjadi anak yang berbakti” (HR. Ibnu Hibban)
Untuk membangun keharmonisan antara kakak dan adik, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari orang tua dan seluruh anggota keluarga. Orang tua memegang peranan penting dalam upaya mengharmoniskan hubungan kakak-adik di dalam rumah. Bagaimana caranya? Berikut kiat-kiatnya :

1. Pahamkan anak akan kewajiban terikat kepada syariat (termasuk tentang adab dan akhlaq kepada saudara) sejak dini
Setiap orang tua pasti mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, taat kepada Allah dan RasulNya, hormat dan patuh pada orang tua dan saling menyayangi antara saudara sekandung; kakak menyayangi adik dan adik hormat pada kakaknya.

Anak akan senantiasa terikat kepada syari’at jika aqidahnya kokoh. Menanamkan aqidah yang kokoh adalah tugas orang tua yang utama. Tentu saja prosesnya sangatlah panjang, bahkan harus dimulai sejak anak berada di dalam kandungan. Orang tua harus berupaya semaksimal mungkin agar anak-anaknya selalu menjadikan Allah Swt dan RasulNya berada di urutan nomor satu. Sehingga anak menjadi sosok hamba Allah yang sami’naa wa atho’naa terhadap segala perintah dan laranganNya.

Persoalan menanamkan pemahaman yang benar tentang adab dan akhlaq kepada saudara kandung pun tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh proses dan perjuangan dari orang tua dalam membiasakan anak-anaknya untuk saling menghormati dan menyayangi satu sama lain. Orang tua hendaknya sudah mulai menanamkannya sejak dini. Bahkan mungkin ketika sang adik masih di dalam kandungan. Misalnya, dengan memberikan pengertian bahwa ia juga berasal dari perut ibu, sama seperti adiknya. Ibu juga bisa menceritakan bagaimana merawat dia dengan sepenuh hati dan menyayanginya sama seperti yang dilakukannya sekarang kepada sang adik. Dalam keadaan seperti ini, ibu mengondisikan agar kakak menyayangi adiknya yang masih ada dalam kandungan.

Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan melibatkan kakak untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan adik baru. Perlakuan demikian akan membuat kakak merasa dihargai, sehingga ia tidak akan cemburu. Bahkan hal tersebut akan menambah rasa kasih sayang kakak terhadap adiknya.

Berikanlah pengertian dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak sesuai dengan tingkat berpikirnya. Jika anak sudah menginjak usia baligh, orang tua dapat memberikan pemahaman disertai dalil-dalil syar’iy yang terdapat di dalam al-Qur’an maupun Hadits. Misalnya dengan menceritakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, bahwa Anas bin Malik ra berkata, ”Ada orang tua datang ingin menemui Nabi Saw, dan orang-orang yang ada di dalam majelis tidak segera melapangkan tempat untuk memberikan jalan kepada orang tua tersebut. Kemudian Nabi Saw bersabda, ’Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang lebih tua’” (Shahih Shahihul Jami’ no. 5445, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas)

Atau hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari dari Kulaib Al-Juhani ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Saudara tua adalah orang yang menempati posisi orang tua”.

Dua hadits tersebut menunjukkan bahwa kakak haknya dihormati, sehingga kewajiban adik adalah menghormati kakak. Sebaliknya, hak adik adalah disayangi, sehingga kakak berkewajiban untuk menjaga dan menyayangi adik.

Maka ketika orang tua menanamkan dalam jiwa kakak perasaan kasih sayang, cinta kepada adik, dan juga menanamkan dalam diri adik sifat menghormati dan menghargai kakak, maka keluarga akan berjalan dengan harmonis dan bersahaja. Karena setiap individu dalam keluarga mengetahui hak dan kewajibannya satu sama lain.

2. Berikan teladan terbaik dari orang tua
Kebaikan dan keshalihan orang tua membawa pengaruh besar terhadap pembinaan jiwa anak. Keteladanan yang baik akan membawa kesan positif dalam jiwa anak. Jangan harap anak akan saling menghargai dan menyayangi satu sama lain, jika orang tua terbiasa bersikap dan berkata kasar kepada pasangan atau kepada anak-anaknya.

Orang tua dituntut untuk selalu menjadi yang terdepan dalam ketaatan dan kebaikan, karena anak melihat mereka setiap waktu. Dan orang tua akan menjadi cermin bagi anak-anaknya hingga dewasa.

Bangunlah sebuah motivasi bersama di dalam rumah agar senantiasa dapat meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Swt bersama-sama. Tentu saja dengan orang tua sebagai contoh utama. Gambarkan kepada anak-anak, bahwa kebersamaan yang diharapkan adalah kebersamaan yang bukan hanya di dunia, melainkan juga sampai ke akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Swt.

”Dan orang-orang yang beriman yang diikuti oleh keturunan mereka dengan keimanan, Kami akan pertemukan keturunan mereka dengan mereka. Dan kami sedikit pun tidak akan menyia-nyiakan amal (shalih) mereka” (TQS. Thur : 21)

3. Bersikaplah adil dan jangan pilih kasih
Ketidakadilan dan sikap pilih kasih orang tua terhadap anak-anak akan menimbulkan rasa cemburu dan dengki dalam jiwa anak karena merasa dirinya disisihkan. Itulah yang dahulu terjadi pada Nabi Yusuf as yang diutamakan dari saudara-saudaranya yang lain. Akibatnya, saudara-saudara Nabi Yusuf as berkomplot untuk mencelakainya, bahkan merencanakan untuk membunuhnya (QS.Yusuf :8-9). Karena itulah Rasulullah Saw telah menerangkan bagaimana cara memperlakukan anak dengan adil dan tidak pilih kasih.

Rasulullah Saw bersabda,
”Bertakwalah kepada Allah, bersikaplah adil terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)

”Bersikaplah adil diantara anak-anak kalian dalam pemberian sebagaimana kalian suka berlaku adil diantara kalian dalam kebaikan dan kelembutan (HR. Ibnu ’Abid Dunya)

Rasulullah Saw bahkan pernah menegur seorang sahabatnya tatkala dia hanya mencium anak laki-lakinya saja, sementara itu anak perempuan (yang juga ada bersamanya) tidak diberi ciuman. Saat melihat kejadian tersebut kemudian Rasulullah Saw bersabda, ”Kamu tidak bersikap adil pada keduanya!” (HR. Bayhaqi dari Anas)

Mengistimewakan satu atas yang lainnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak, yaitu munculnya sikap cemburu, iri, dengki bahkan permusuhan yang dapat berujung pada pemutusan tali persaudaraan. Selain itu sikap pilih kasih juga akan mengakibatkan memburuknya hubungan anak dengan orang tua. Akibatnya, hubungan anak dengan orang tua pun menjadi tidak harmonis.

Orang tua yang bersikap adil akan memperoleh kebaikan dan pahala yang berlipat ganda dari sisi Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasul Saw,
”Orang-orang yang bersikap adil akan (dimuliakan dengan) ditempatkan di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam (melaksanakan) hukum (syari’at)nya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin”. (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ’Ash)

4. Jika terjadi ’perang saudara’, bersegeralah dalam melerainya
Jika timbul perselisihan dan pertengkaran antara kakak-adik, orang tua harus segera bertindak untuk melerai dan menjernihkan hati dan pikiran mereka, agar tidak timbul kebencian dan dendam yang berlarut-larut.

Lihatlah masalah yang terjadi secara objektif, siapa yang benar dan siapa yang salah. Jangan pernah menyalahkan salah satu pihak, meskipun memang satu diantara keduanya melakukan kesalahan. Karena menyalahkan salah satu pihak bukanlah tindakan bijaksana.

Memberikan motivasi kepada dua belah pihak untuk saling memaafkan satu sama lain adalah cara terbaik. Doronglah mereka untuk berani meminta maaf (jika berbuat salah), dan berlapang dada untuk memaafkan. Berikan apresiasi jika ada salah satu diantara mereka yang mau mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu. Gambarkan bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-hambaNya yang menyadari kesalahannya lalu meminta maaf dan memohon ampunan kepadaNya. Allah Swt juga mencintai hamba-hambaNya yang mau memaafkan kesalahan orang lain.

Hargailah pihak yang benar lalu tumbuhkan empatinya, agar ia tidak memposisikan dirinya sebagai pemenang. Juga tenangkan dan hiburlah yang salah, agar ia tidak terlalu merasa terpojok. Disinilah pentingnya orang tua menghargai perasaan masing-masing dan melihat permasalahan dengan jernih serta tidak bertindak emosional.

5. Berikan nasehat kepada anak-anak di saat yang tepat
Memberi nasihat sewaktu pertengkaran terjadi saat emosi sedang membara tidak akan ada gunanya. Jangankan anak-anak, orang tua pun akan sulit menerima nasehat dalam keadaan diri sedang emosi. Untuk itulah, diperlukan waktu yang tepat disaat hati mulai tenang untuk membicarakan pertengkaran yang telah terjadi.

Carilah waktu di saat anak sedang santai untuk membicarakan kembali kesalahan-kesalahan saat pertengkaran terjadi. Cara ini juga sekaligus memberikan stimulus pada anak agar terbiasa melakukan muhasabah (evaluasi diri).

Rasulullah Saw sendiri menganjurkan beberapa pilihan waktu untuk memberi nasehat kepada anak-anak, yaitu :
1) Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan
2) Di waktu makan
3) Saat anak sakit

6. Doakanlah anak-anak, selalu!
Menjadi sebuah kemestian bagi orang tua untuk senantiasa mendo’akan anak-anaknya. Karena, selain do’a itu sendiri diperintahkan oleh Allah Swt, tenyata do’a juga akan semakin menghangatkan kasih sayang dan semakin memantapkan cinta orang tua terhadap anak.

Mohonkanlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan penuh harap agar rumah tangga senantiasa diliputi keberkahan dan harmonis satu sama lain. Berdo’alah selalu agar anak-anak kita menjadi qurrata a’yun yang kokoh aqidahnya, taat syari’at, baik akhlaqnya, dan selalu tolong menolong dalam ketaatan dan kesabaran. Mohonkan juga agar kita –orang tua- dan anak-anak kelak di yaumil akhir dipertemukan kembali di jannahNya. Insya Allah.

Wallahu a’lam bishshawab

(yuli kusumadewi)

Tidak ada komentar: