Cari Blog Ini

Kamis, 08 Oktober 2009

Haji dan Ketaatan Total

Sejak dulu, saya sering merasa takjub saat melihat kaum muslimin menyemut dari satu ritual ke ritual lainnya saat bulan haji tiba; di Ka’bah, Mina, Muzdalifah dan Arafah. Bak magnet yang memiliki medan yang kuat, semua tempat itu mampu menyedot kepatuhan dan ketaatan kaum muslimin tanpa reserve. Luar biasa!

Untuk ritual haji, siapapun pasti akan ikhlas-ridho mengikuti tata cara dan aturan main yang telah Allah tetapkan, bahkan tak sedikit pengorbanan yang harus dicurahkan. Pengorbanan harta, waktu, tenaga dan pikiran, semuanya rela dikeluarkan demi mencapai kemabruran haji.

Haji pada pokoknya adalah perjalanan mengubah diri menuju kepada Allah, Sang Pencipta. Seyogyanya, orang yang telah melaksanakan ibadah haji ketaatannya akan bertambah kuat dan pengorbanannya untuk Allah dan Rasul akan semakin hebat. Karena itulah hakikat dari ibadah haji. Haji bukanlah prestise, bukan gelar dan bukan kebanggaan. Banggalah manakala keimanan kita kian hari kian tebal. Banggalah saat kita mampu menahan diri saat hawa nafsu menguasai jiwa. Banggalah saat kita selalu dapat mensyukuri kenikmatan yang telah Allah beri. Banggalah saat kita mampu menginfakkan harta dikala sempit. Banggalah manakala kita mampu menjaga aib keluarga dan saudara seiman kita. Banggalah manakala Allah bangga kepada kita karena prestasi amal kita padaNya dan pada makhluk-makhlukNya.

Haji bukanlah apa-apa jika kita tidak bisa menghayatinya. Haji akan sia-sia jika tujuannya adalah manusia bukan DIA. Haji hanya akan menyisakan titel saja, jika tujuannya sebatas untuk titel H dan Hj di depan nama kita.

Berazamlah, untuk melaksanakan ibadah haji hanya semata-mata mencari keridhoanNya. Berjanjilah, sepulang melaksanakan ibadah haji, akan menjadi hamba yang memiliki ketaatan total kepada Allah SWT dan RasulNya. Insya Allah. [yulikade]

Belajar Mudah Ibadah Haji dan Umroh

Pengantar
Berikut ini kami coba paparkan poin-poin penting mengenai tata cara Ibadah Haji dan Umroh secara ringkas dan sederhana, disertai dalil-dalil yang menunjang. Ya! Hasil mengais ilmu ke sana-sini tea.

Pada dasarnya Ibadah haji diwajibkan sekali seumur hidup. Selebihnya hukumnya sunnah bagi yang mampu. Oleh karenanya kita mestilah berupaya sekuat tenaga agar ibadah yang diwajibkan sekali seumur hidup tersebut sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sehingga mudah-mudahan ibadah haji yang kita laksanakan mabrur dan maqbul.

Ada 3 macam cara ibadah haji:
Haji Ifrad
Haji Qiron, dan
Haji Tamattu

Indonesia sendiri telah menetapkan tata cara ibadah haji yang ketiga yaitu Haji Tamattu. Untuk itu, jamaah haji Indonesia melaksanakan umroh terlebih dahulu sebelum melaksanakan haji.

IBADAH UMROH
Ibadah Umroh dilakukan beberapa saat setelah tiba di tanah haram. Adapun ibadah umroh meliputi :
1. Ihlal ihrom umroh
2. Thowaf qudum dan sholat di maqom ibrohim
3. Sa’i
4. Tahallul

Berikut penjelasannya :
1. IHLAL IHROM UMROH
Dilakukan di miqot makani dg membaca:

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ عُمْرَةً
”Ya Allah, aku penuhi panggilanMu (untuk beribadah) umroh”
Atau

لَبَّيْكَ عُمْرَةً
Dilanjutkan dengan talbiyah berulang-ulang
(Baru berhenti ketika akan memulai Thowaf Qudum) :

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
اِنَّ الْحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ الْمُلْكَ،
لاَ شَرِيْكَ لَكَ
“Ya Allah aku datang memenuhi panggilanMu, aku datang memenuhi panggilanMu. Tidak ada sekutu bagiMu, maka aku penuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan segala nikmat dan semua kerajaan adalah milikMu, tidak ada sekutu bagiMu”

Miqot Makani Gelombang II (insya Allah kami berangkat gelombang II) adalah Qarnul Manazil, dan jamaah berihlal Ihrom umroh di atas pesawat.

Saat Ihrom, dilarang :
1. memakai:
pakaian yg bertangkup/nyarung (pria)
sepatu yg menutup mata kaki (pria)
topi/kopiah/penutup kepala (pria)
penutup muka/cadar & kaus tangan (wanita)
dilarang menggunakan farfum / wangi-wangian (pria/wanita)
2. memotong rambut
3. berburu
4. menikah/meminang
5. mengganggu tanaman di mekah & madinah
6. berkata kotor, bohong dan atau berbantahan/berkelahi
2. THOWAF QUDUM
Bagi pria disunatkan berihrom dengan idlthiba’ (pundak sebelah kanan terbuka)
Masuk masjid dari Babussalam/ babu bani syaibah (sambil baca do’a masuk masjid)
Saat pertama kali melihat ka’bah, membaca do’a :

اَللّهُمَّ زِدْ هَذَا الْبَيْتَ تَشْرِيْفًا وَ تَعْظِيْمًا وَ تَكْرِيْماً وَ
مَهَابَةً، وَ زِدْ مَنْ شَرَّفَهُ وَ كَرَّمَهُ مِمَّنْ حَجَّهُ اَوِ
اعْتَمَرَهُ تَشْرِيْفًا وَ تَعْظِيْمًا وَ تَكْرِيْمًا وَ بِرًّا
”Ya Allah, tambahkanlah rumah ini kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kehebatan. Dan tambahkanlah bagi orang yang memuliakan dan menghormatinya di antara orang-orang yang berhaji dan umroh dengan kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kebaikan”

Atau

اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ
”Ya Allah, UntukMu keselamatan dan dari Engkaulah keselamatan, maka hidupkanlah kami dalam keselamata”

• Menuju arah hajar aswad.
• Ketika sampai, talbiyah dihentikan
• Kemudian (boleh) taqbil (mencium) atau istilam (meraba), atau istilam lalu taqbil, atau isyarat (melambaikan tangan lalu tangan tersebut di kecup), sambil membaca:

بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ اَكْبَرُ
”Dengan nama Allah Yang Maha Besar”

· Mengelilingi ka’bah 7 putaran,
Caranya ka’bah ada di arah kiri , bagi pria 3 putaran awal berlari-lari kecil.
· Sampai di rukun yamani jika mungkin boleh meraba tanpa ada bacaan khusus
· Antara rukun yamani & rukun aswadi, membaca :

رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa api neraka”

Sesampainya di sekitar maqam ibrohim, membaca:

وَ اتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلَّى
”Dan jadikanlah sebagian tempat
dari maqom ibrohim itu tempat shalat”

Shalat 2 raka’at di maqom Ibrohim
caranya:
maqam ibrohim ada antara kita & ka’bah (jangan melewati/sejajar)
shalatnya munfarid (sendiri)
bacaannya dikeraskan
§ rakaat ke 1 baca al-fatihah lalu al-kafirun
§ rakaat ke 2 baca al-fatihah lalu al-ikhlash
· Setelah selesai shalat, kembali ke arah hajar aswad untuk taqbil/ istilam/isyarat, sambil membaca:

بِسْمِ اللهِ وَ اللهُ اَكْبَرُ

3. SA’I
Dikerjakan antara shofa dan marwah sebanyak 7 balikan
Diawali di shofa dan berakhir di marwah
1. Shofa – Marwah 5. Shofa – Marwah
2. Marwah – Shofa 6. Marwah – Shofa
3. Shofa – Marwah 7. Shofa – Marwah
4. Marwah – Shofa

Ketika sampai di bukit shafa, membaca:

اِنَّ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ
”Sesungguhnya Shofa dan Marwah itu
adalah diantara syi’ar-syi’ar Allah”

Lalu menghadap ke ka’bah kemudian berdo’a sambil mengangkat tangan:

اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ
قَدِيْرٌ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ اَنْجَزَ وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ
وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ
”Allah Maha Besar 3x.
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa
Tiada sekutu bagiNya.
BagiNya lah seluruh kerajaan dan bagiNya segala pujian
Dia sangat berkuasa atas segala perkara
Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa,
Yang memenuhi segala janjiNya,
serta Dia sendiri yang menghancurkan musuh-musuhNya

setelah selesai disambung do’a sesuai dengan keperluan (diulang sampai 3 x)

Kemudian turun menuju bukit marwah
Sampai di lampu hijau hingga lampu hijau berikutnya, bagi laki-laki disunatkan lari-lari kecil
Di bukit marwah, mengerjakan seperti yang dikerjakan di bukit shafa, hanya saja tanpa membaca:اِنَّ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ الله

4. TAHALLUL
· Yaitu menggunting rambut
· Dilaksanakan setelah selesai sa’i

Setelah tahallul, maka selesailah seluruh rangkaian ibadah umroh dan semua larangan ihrom kembali menjadi halal. Selanjutnya tinggal menunggu tgl 08 dzulhijjah (hari tarwiyyah) untuk melaksanaan rangkaian ibadah haji hingga tanggal 12 Dzulhijjah (Nafar Awal) atau 13 Dzulhijjah (Nafar Tsani).


IBADAH HAJI

Ibadah Haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah hingga 12 Dzulhijjah (Nafar Awal) atau hingga 13 Dzulhijjah (Nafar Tsani).

Aktivitas dalam Ibadah Haji meliputi :
Ihlal ihrom Haji
Mabit/bermalam di Mina
Wukuf di Arafah
Mabit di Muzdalifah
Melempar jumroh aqobah
Tahallul
Menyembelih al-hadyu
Thawaf Ifadhoh
Melempar 3 jumroh
Thawaf wada’

Berikut penjelasannya :
1. IHLAL IHROM HAJI (8 Dzulhijjah)
Ihlal Ihrom dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyyah) setelah shalat subuh. Untuk kemudian berangkat menuju Mina, untuk bermalam di sana hingga subuh tanggal 9 Dzulhijjah.
Membaca :

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ حَجّاً
“Ya Allah aku datang memenuhi panggilanMu
(untuk beribadah) haji”
Atau membaca

لَبَّيْكَ حَجّاً

Dilanjutkan dengan bacaan talbiyyah
(Baru berhenti saat akan melempar Jumroh Aqobah tanggal 10 Dzulhijjah). Bacaan talbiyyah sebagai berikut :

لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ،
اِِنَّ الْحَمْدَ وَ النِّعْمَةَ لَكَ وَ الْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Dalil terkait hal ini adalah :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَدِمْنَا مَعَ النبيى ”صلعم“
فَأَحْلَلْنَا حَتىَّ يَوْمِ التَّرْوِيَّةِ وَ جَعَلْنَا مَكََّةَ
بِظَهْرِ لَبَيْنَا بِالْحَجِّ

”Dari Jabir berkata: Kami datang bersama Nabi saw (ke Mekah) kemudian kami Tahallul sampai hari Tarwiyyah, dan kami meninggalkan Mekah dengan Ihrom Haji” (HR. Bukhori)

2. MABIT/BERMALAM DI MINA (8 Dzulhijjah – 9 Dzulhijjah pagi)
Bermalam di Mina dilakukan mulai tanggal 8 Dzulhijjah sampai tgl 09 Dzulhijjah pagi, ba’da subuh. Di Mina jama’ah haji mengerjakan shalat dhuhur & ashar, maghrib & isya dijama’ qashar, serta shalat shubuh.

Hal ini berdasar pada hadits Nabi SAW :

فَلَمَّا كاَنَ يَوْمُ التَّرْوِيَّةِ تَوَجَّهُوِا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوْا
بِالْحَجِّ وَ رَكِبَ رَسُوْلُ اللهِ فَصَلَّى بِهاَ
الظُّهْرَ وَ الْعَصْرَ وَ الْمَغْرِبَ وَ الْعِشاَءَ وَ
الْفَجْرَ.....

”Maka ketika hari tarwiyyah, mereka menghadap menuju ke Mina, lalu ia berihlal dengan haji, dan Rasulullah SAW naik kendaraan, ia sholat di Mina; dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan shubuh...”
(HR. Bukhori)



3. WUKUF DI ARAFAH (9 Dzulhijjah, ba’da dhuhur sampai maghrib)
Pagi-pagi (ba’da sholat subuh) tanggal 9 Dzulhijjah jamaah haji berangkat dari Mina menuju ke Arafah untuk melaksanakan wukuf.

عَنِ ابْنُ عُمَرَ قاَلَ: غَدَوْناَ مَعَ
رَسُوْلِ اللهِ مِنْ مِنًى إِلَى
عَرَفَةَ فَمِناَّ الْمُلَبِّى وَ مِناَّ الْمُكَبِّرُ

“Dari Ibnu Umar, ia berkata: Kami pergi pagi-pagi bersama Rasulullah SAW dari Mina ke Arafah, maka di antara kami ada yang bertalbiyyah, dan ada yang bertakbir” (H.R. An-Nasai)

Pelaksanaan wukuf dimulai mulai matahari tergelincir (dhuhur) sampai matahari terbenam (maghrib).
Adapun tatacara wukuf antara lain :
o Khutbah Arafah
o Shalat dhuhur & ashar dijama’ taqdim qashar (1 adzan 2 iqamah)
o Berdo’a, sambil mengangkat tangan dan menghadap kiblat.
· Jika waktu wukuf telah selesai maka jama’ah haji berangkat menuju ke muzdalifah, untuk mabit disana.

Dalil-dalil terkait hal ini antara lain adalah :

فَأَجَازَ حَتَّى أَتَى عَرَفَةَ فَوَجَدَ الْقُبَّةَ قَدْ ضُرِبَتْ لَهُ بِنَمِرَةَ فَنَزَلَ بِهاَ
حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِا لْقَصْوَاءِ فَرَحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ
الْوَادِى فَخَطِبَ النَّاسَ فَأَذَّنَ ثُمَّ أَقاَمَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقاَمَ فَصَلَّى
الْعَصْرَ وَ لَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُماَ شَيْئاً

“Selanjutnya beliau berjalan sampai Arafah, maka beliau mendapatkan kubah (tenda) yang dibangun di Namiroh, kemudian beliau singgah di Namiroh, sehingga apabila matahari tergelincir, beliau menyuruh membawakan qoswa (nama unta beliau), kemudian unta itu diserahkan kepada beliau. Selanjutnya beliau pergi ke tengah-tengah lembah, lalu beliau berkhutbah (menasihati) manusia, kemudian adzan, lalu iqomah, lantas sholat dhuhur, lalu iqomah lagi terus melakukan sholat ashar dan beliau tidak sholat apa-apa lagi di antara dua sholat itu...”
(HR. Muslim dari Jabir)


قاَلَ أُساَمَةُ بْنُ زَيْدٍ، كُنْتُ رَدِيْفَ النَّبْيِّ
بِعَرَفَاتٍ فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُوْ

“Usamah bin Zayd berkata: Aku pernah membonceng pada Nabi saw di Arofah, beliau berdo’a sambil mengangkat tangannya”
(HR. An-Nasai)

4. MABIT DI MUZDALIFAH
• Dimulai sejak malam sampai pagi-pagi tanggal 10 Dzulhijjah.
• Yang dilakukan adalah: shalat maghrib & ‘isya dijama’ ta’khir qashar dengan 1 adzan 2 iqamah
• Pagi-pagi sebelum syuruq menuju ke Mina.
• Sebelum berangkat, berdo’a sesuai dengan keperluan sambil menghadap kiblat.

وَ دَفَعَ حَتَّى أَتَى الْمُزْدَلِفَةَ فَصَلَّى بِهاَ الْمَغْرِبَ وَ
الْعِشاَءَ بْأَذَانٍ وَاحِدٍ وَ إِقاَمَتَيْنِ وَ لَمْ يُسَبِّحْ
بَيْنَهُماَ شَيْئاً ثُمَّ أَضْطَجَعَ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرَ

“Dan Rasulullah SAW berangkat (dari Arofah) hingga sampai ke Muzdalifah; lalu sholat maghrib dan isya dengan satu kali adzan dan dua iqomah, dan beliau tidak sholat sunnat di antara dua sholat itu; kemudian beliau berbaring hingga terbit fajar”
(HR. Muslim)

قاَلَ ابْنُ عُمَرَ، أَنَّ النَّبْيَّ ”صلعم“ أَذِنَ
لِضَعْفَةِ النَّاسِ مِنَ الْمُزْدَلِفَةِ بِلَيْلٍ

“Ibnu Umar berkata: Bahwasannya Nabi SAW memberi izin kepada orang-orang yang lemah meninggalkan Muzdalifah di waktu malam.“ (HR. Ahmad)

5. MELEMPAR JUMROH AQOBAH (10 Dzulhijjah)
Waktu jumroh Aqobah adalah mulai dhuha sampai maghrib. Caranya adalah :
• berdiri menghadap jumroh
• posisi kiblat ada di arah kiri
• melakukan 7 lemparan dg batu kerikil
• setiap lemparan diiringi bacaan اللهُ اَكْبَرُ
• setelah selesai 7 lemparan, membaca:

اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْباً مَغْفُوْرًا

“Ya Allah jadikanlah haji yang mabrur, dan dosa yang terampunkan”
Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits :

فَرَماَهاَ بِسَبْعِ حَصَياَتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصاَةٍ مِنْهاَ

“…Maka Rasulullah SAW melemparinya dengan batu kerikil, setiap lemparan batu diiringi dengan takbir.” (HR. Muslim)

عَنْ جاَبِرٍ قاَلَ، رَمَى رَسُوْلُ الله
الْجَمْرَةَ يَوْمَ النَّحْرِ ضُحًى وَ رَمَى بَعْدَ يَوْمِ النَّحْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ

“ … Dari Jabir berkata: Rasulullah SAW melempar Jumroh (Aqobah) pada hari nahar pada waktu dhuha dan melempar sesudah hari nahar (tgl. 11, 12 dan 13) bila tergelincir matahari” (HR. An-Nasai)

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ يَزِيْدَ عَنْ أَبِيْهِ قاَلَ: أَفِصْتُ مَعَ عَبْدِ اللهِ مِنْ جَمْعٍ فَماَ زَالَ يُلَبِّى حَتَّى رَمَى
جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ فَاسْتَبْطَنَ الْوَادِى. ثُمَّ قاَلَ ياَ ابْنَ أَخِى نَوِّلْنِى سَبْعَةَ أَحْجاَرٍ.
فَرَماَهاَ بِسَبْعٍ حَصَياَتٍ يُكَبِّرُ مَعَ كُلِّ حَصاَةٍ حَتَّى إِذَا فَرَغَ قاَلَ
"أَللهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْراً وَ ذَنْباً مَغْفُوْرا"

“Dari Muhammad bin Abdurrahman bin Yazid, dari bapaknya, dia berkata: Aku pergi bersama Abdullah dari (Arofah/Muzdalifah), terus menerus dia bertalbiyyah sampai dia melempar Jumroh Aqobah. Lalu dia turun ke tengah lembah kemudian berkata: Hai anak saudaraku! Berilah aku 7 batu! Lalu dia melemparkannya dengan tujuh lemparan batu hingga bila selesai (7 lemparan) berkata, Allohummaj’alhu hajjan mabruro wa dzanban maghfuro”. (HR. As-Sunan, al-Kubro al-Baihaqi)

6. TAHALLUL AWAL (Tanggal 10 Dzulhijjah)
Tahallul awal (memotong rambut), bagi pria lebih utama digundul, berdasarkan hadits nabi saw :

عَن أَبِى هُرَيْرَةَ، قاَلَ رَسُولُ الله أللهُمَّ اغْفِرْ للمُحَلِّقِيْنَ. قاَلُوْا و
لِلْمُقَصِّرِيْنَ؟ قاَلَ أللهُمَّ اغْفِرْ للمُحَلِّقِيْنَ. قاَلُوْا وَ لِلْمُقَصِّرِيْنَ؟ قَالَهاَ ثَلاَثاً قاَلَ
وَ لِلْمُقَصِّرِيْنَ

“Dari Abi Hurairoh, Rosululloh Saw bersabda: Semoga Alloh mengampuni (dosa) bagi orang-orang yang menggunduli kepalanya . mereka bertanya: dan bagaimana orang yang hanya menggunting rambut saja? Jawab Nabi: semoga Alloh mengampuni (dosa) bagi orang yang menggunbuli kepalanya. Mereka bertanya (lagi): dan bagaimana bagi orang yang hanya menggunting rambutnya? Beliau mengatakan sampai tiga kali. Sabdanya: dan demikian pula orang yang menggunting rambutnya”.
(HR. Bukhori Muslim)

Setelah tahallul awal, semua larangan ihrom kembali menjadi halal, kecuali hubungan suami istri.
7. MENYEMBELIH HADYU
Bagi haji tamattu & qiron al-hadyu hukumnya wajib
• penyembelihan dilaksanakan di manhar (jagal)
• utamanya dilaksanakan tanggal 10 Dzulhijjah
• boleh juga dilaksanakan pada ayyamu tasyriq.

8. THOWAF IFADHOH/ TAHALLUL TSANI
• Dilaksanakan di mekah (masjidil haram)
• Yaitu mengelilingi ka’bah 7 putaran, diawali dan diakhiri di arah hajar aswad
• Masuk ke mesjid boleh dari pintu mana saja
• Tidak ada shalat di maqam ibrohim
• Bagi pria tidak ada lari-lari kecil
• Dan tidak ada sa’i ba’da thawaf ifadhoh

Setelah thawaf ifadhoh, semua larangan ihrom kembali halal termasuk hubungan suami istri.

9. MELEMPAR 3 JUMROH (hari tasyriq, 11,12,13 Dzulhijjah)
Waktunya ba’da dhuhur sampai maghrib. Adapun mengenai tata caranya :

Jumroh ula & wustho
· menghadap jumroh
· melakukan 7 lemparan dg batu kerikil. setiap lemparan diiringi bacaan :
اللهُ اَكْبَر
· setelah selesai, berdo’a sesuai dg keperluan (menghadap kiblat & mengangkat tangan)

Jumroh Aqobah
Sama dengan tanggal 10 Dzulhijjah
• berdiri menghadap jumroh
• posisi kiblat ada di arah kiri
• melakukan 7 lemparan dg batu kerikil
• setiap lemparan diiringi bacaan اللهُ اَكْبَرُ
• setelah selesai 7 lemparan, membaca:

اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْباً مَغْفُوْرًا

Jika diakhiri hanya sampai tanggal 12 Dzulhijjah disebut “NAFAR AWAL”. Namun jika diselesaikan sampai tanggal 13 Dzulhijjah disebut “NAFAR TSANI”

10. THAWAF WADA’
• Thawaf wada’ dilakukan ketika akan meninggalkan kota mekah, yaitu bagi jamaah haji/umroh
• Caranya sama dengan thowaf ifadhoh
• Thawaf wada’ tidak termasuk pada rangkaian ibadah haji atau umroh
• Bagi yang ada udzur (termasuk wanita haidl), tidak mengapa jika tidak sempat thawaf wada’, asalkan sudah melaksanakan thowaf ifadhoh.

Setelah selesai ibadah haji, baik di Mekkah ataupun di Madinah tidak ada lagi ibadah yang terkait dengan ibadah umroh atau haji. Jika ada waktu luang dianjurkan melakukan thawaf sunnat, dan boleh berziarah ke tempat-tempat bersejarah.

Di Balik Pembuatan Bucil Haji

Semoga tidak ada yang keberatan, buku -yang sedang ada di tangan bapak/ibu/sahabat sekarang ini- kami beri nama BUCIL HAJI (Buku Kecil Haji). Entahlah, padahal ukurannya tidaklah kecil, tapi daripada kami beri nama buku saku, kan lebih repot lagi, hehe...

Oya,
Pertama kali kami berucap syukur Alhamdulillah kepada Allah Rabbul ’Izzati, Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Qadir, yang telah memberikan karunia Iman dan Islam kepada kami, dan yang telah memberikan kami kesempatan menjadi tamu-Nya. Meski panggilan itu saat ini masih terdengar sayup, namun dengan penuh kelemahan, hingga detik ini kami tak henti berharap, semoga kian hari, panggilanNya terdengar semakin kencang... dan kami pun betul-betul menjadi tamuNya yang terpanggil di Dzulhijjah 1430 H.
Amiiin (mohon diaminkan juga ya... J)

Tak lupa,
Kami pun menghaturkan shalawat bagi baginda tercinta Rasulullah Muhammad SAW. Manusia pilihan. Manusia teladan. Satu-satunya manusia yang patut kita cintai.
Yaa Rasulullah, betapa rindu kami padamu... betapa besar ingin kami berjumpa denganmu, betapa kuat hasrat kami berkunjung ke tempat-tempat yang menjadi saksi bisu perjuanganmu, menjejakan kaki di masjidmu, duduk di depan mihrab dimana engkau sering berdiri untuk menjelaskan syari’atNya yang agung, serta mentafakuri tempat-tempat dimana engkau dan para shahabat memperjuangkan Islam hingga menang. Ah, luar biasa!
(Ya Allah, kami mohon dengan sangat, berilah kami kesempatan itu...)

Tentang buku ini,
Entah bagaimana kami harus melukiskan kebahagiaan yang dirasa, tatkala kemudahan demi kemudahan dalam persiapan penyusunan buku ini diberikanNya pada kami. Subhanallah, sungguh Dialah Allah SWT yang telah membuat segalanya menjadi mudah setelah sempit. Ya, ”Inna ma’al ’ushri yusroo”, dalam kesulitan pastilah ada kemudahan. Dan hal itu pulalah yang kami rasakan.

Terus terang saja, sejak awal kami memang punya itikad kuat untuk membuat buku sebagai buah tangan. Buku yang berisi pengalaman, curhatan dan sedikit tuntunan praktis ibadah haji hasil belajar sana-sini. Dalam bayangan dan ingin kami, bucil ini dicetak layak dan bagus, dengan cover full color dan foto manis kami sekeluarga (hehe, dasar narsis ya?), menggunakan art paper dan disain yang eye catching...
Byaarr! Tapi kemudian, rencana itu sempat buyar...dan tersendat saat kami menimbang-nimbang bea cetaknya.

Puffhh, saya jadi ingat...
Saat itu, saya sempat mengurungkan niat, dan memutuskan untuk melihat sikon. ”Jika ada rezeki...lanjut, tapi jika tidak ada, ya apa mau dikata?” pikir saya. Toh menerbitkan buku bukan rukun ataupun syarat haji. Betul betul betul? Hukumnya tidak wajib, malah sunnah pun tidak. Sama halnya seperti walimatussafar. Andaikata ada rezeki, Alhamdulillah, Insya Allah mendapat pahala silaturahmi dan shodaqoh. Tapi ketika tidak ada dana ya tidak usah memaksakan diri bukan? Hukumnya kan ngga wajib. Apalagi sampe ngutang sana sini atau minta sama keluarga... wah, ngga banget deh...hehe. Yang terpenting kan memohon maaf, menghalalkan kekhilafan dan minta do’anya.

Dalam kegalauan yang sempat mendera (karena kuatnya keinginan untuk menulis) saya terus memutar otak... ”ya Allah, meski tak sesuai rencana, saya tetap ingin membuat buku untuk buah tangan”... Dan saya pun berpikir keras mencari cara, gimana supaya bucil ini tetap bisa keluar tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam. Saya pun membincangkannya dengan suami, untunglah ide masih berseliweran di dalam benak, hingga terkelebat satu pikir untuk menerbitkan alakadarnya saja (tanpa berniat memaksakan diri). Ya, alakadarnya!... Akhirnya kami pun sepakat, buku ini diperbanyak dengan fotocopy, dan cover kita pesan, tapi tentu saja cover buku yang sederhana, satu warna dan dengan jumlah yang terbatas.
Itulah rencana final kami.

Akhirnya, suami menelpon seorang ahli disain, yang tiada lain adalah salah seorang sahabat sekaligus partner bisnis kantornya; ustadz Senyumadvertising!. Kami pun mengungkapkan rencana, mengimelkan konten dan membincangkan disain kepadanya. Diluar dugaan, ustadz Senyumadvertising mengungkapkan kepada suami, jikalau cover yang kami pesan besar kemungkinan dicetak full color. Karena beliau kebetulan tengah mengerjakan pesanan untuk full color, jadi bisa sekalian ’nebeng’ ceritanya. ”Wah...boleh juga” pikir saya. Tapi, apa harganya jadi naek ya?...wuih, musti siap-siap nih, bisik hati saya.

Dua hari berselang. Lalu sampailah sebuah pesan dari suami pada saya, bahwa cover buku sudah jadi, dan bisa diambil secepatnya. Keesokan harinya, saya pun mengambilnya, dan surprise! Allah mengabulkan keinginan saya di awal, full color!! Alhamdulillah...

Tak lama, suami mengontak ustadz Senyum via SMS, menanyakan berapa rupiah yang harus kami transfer padanya...1 hari...2 hari berlalu namun SMS kami belum jua dibalasnya. 3 hari kemudian, barulah SMS itu mendapatkan respon. Dan tahukah apa jawaban ustadz Senyum yang baik hati itu? : FREE. Gratiss... Allahu Akbar! Allahu Ghaniy!! Kurang lebih 600 eksemplar cover full color diberikan untuk kami secara Cuma-Cuma. Syukron ustadz! Jazakumullah khairan katsiiran. Semoga Allah menggantinya dengan rezeki yang melimpah dan pahala yang banyak. Allah Maha Mendengar keinginan hambanya! Lagi-lagi perhitungan saya dan perhitunganNya tak sejalan. Ah, speechless jadinya teh...

Tapi jauh dari itu semua, sebetulnya tujuan dan niat kami membuat bucil ini tidak lain adalah sebagai wasilah supaya kami lebih bisa berterimakasih dan memohon maaf kepada berbagai pihak. Ada hal yang ingin kami bagi, juga menjadi alasan penting betapa kami ingin menuliskan beberapa hal terkait pengalaman dan ilmu yang kami kumpulkan. Intinya sih, write for share kali ya? J Siapa tau tulisan kami menginspirasi. Siapa tau ilmu-ilmu yang kami tulis ulang dan kami rujuk dari berbagai sumber yang sangat bisa dipercaya dapat menjadi amal jariyah...amiin.

Terlalu banyak pihak yang telah membuat segalanya menjadi mudah dan ringan, tentu saja kami tak bisa menyebutkannya satu persatu. Kedua orangtua di Bandung dan Kuningan, tentu saja. Berkat do’a dan dukungannya yang terus mengalir ke Bogor, kami selalu merasa bisa... ya, sebuah jaminan pasti Allah mengabulkan do’a-do’a mereka. Keluarga yang full spirit dan support... We Love You Full!... Dan tentu saja, pihak yang sudah siap menampung kerepotan dititipi aa-teteh saat kami berangkat nanti. Dengan apa kami harus membalas?... Hanya Allah lah sebaik-baik pembalas.

Tolong maafkan jika kami pernah menorehkan luka, berbuat kurang pantas atau tidak sopan, berkata menyakitkan dan kurang ahsan. Mohon dihalalkan jika pernah ada benda (apapun bentuknya) yang kami gunakan tanpa izin. Untuk guru-guru tercinta, terimakasih atas semua yang telah diberikan. mohon maaf jika pernah menorehkan luka... Semoga kebaikan guru-guru sekalian dibalas dengan kebaikanNya yang tiada terkira. Amiin.

Satu lagi,
Kami berharap, buku ini menjadi buah tangan yang berbekas. Semoga bucil ini menjadi kenangan manis untuk bapak/ibu/sahabat sekalian... Siapa tau kami tak kembali... ya, siapa tau?
Tapi tentu kami pun sangat sadar sesadarnya, bahwa tulisan dalam bucil ini bukanlah karya yang patut dibanggakan (ya, toh niat kami bukanlah itu). Mohon maaf jika ditemui banyak kesalahan dan kekurangan. Akhirnya, hanya kepada Allah lah kami memohon perlindungan. Nastaghfirullaahal’adhiim...


Yuli-Dadang

Jumat, 28 Agustus 2009

belajar, belajar dan belajar

Siapa bilang belajar harus tunggu momen ujian dulu? Tapi sy mah yakin da, kalopun tidak dikatakan semuanya, yaa mungkin lebih dari duapertiga manusia di berbagai dunia belajar kalo mau ujian atau sedang membutuhkan ilmu yang akan dia gunakan. Sok ngaku, betul tidak? Hehe.

Tak terkecuali sy sendiri. Ya begitu deeh... belajar, ngapalin teh kalo sedang ada momen. Misal, dulu sejak masih bebenyit ngapalin pelajaran pasti kalo pas mau ulangan. Waktu di pesantren juga sama. Menghapal albaqarah karena mau diujikan pas kelulusan. Hadits-hadits, tata cara sholat di pelajari dan dihapal juga karena mau ujian tulis dan ujian praktek. Saat kuliah juga sama. Sok aja liat, kalo lagi musim ujian semester, pasti kos-kosan atau kamar mahasiswa teh pabalatak, diktat berserakan, fotokopian dimana-mana, tak luput aneka camilan dan gelas isi kopi, teh manis, atau susu coklat yang menddak jadi menu wajib. Malam-malam pun lebih hangat dari hari-hari biasa, karena banyak yang begadang untuk SKS, hihi... jadi inget momen-momen itu, karena sy pun mengalaminya. Ya! Sy satu diantara duapertiga manusia yang biasa melakukan kebiasaan buruk itu. Astaghfirullaah!

Jujur sy katakan kepada semua... sebaiknya kebiasaan buruk ini jangan dipelihara deh... rugi! Percaya geura...
Lebih lagi, sebagai seorang muslim, dimana konsekuensi keimanan kita kepada Allah adalah terikat dengan segala aturan Allah kan memestikan kita untuk selalu beraktivitas sesuai dengan syari’atNya. Betul tidak? Lha sekarang kalo kebiasaan belajar kita seperti ini, bagaimana kita bisa senantiasa terikat dengan aturan2Nya?...karena bukankah aturan2 Allah harus SENANTIASA KITA PELAJARI SETIAP WAKTU?

Aha!
Inilah yang sy alami beberapa saat yang lalu, saat sy menghadapi sebuah kenyataan bahwa beberapa waktu mendatang (dengan izinNya, dan semoga Dia memberi kesempatan itu), sy harus menunaikan rukun Islam yang kelima, berhaji dan umrah. Terus terang sy mah kelimpungan banget, karena ilmu yg sy miliki, terutama terkait manasik boleh dikata NOL. Aarrrrgggh...yang akhirnya sempat membuat ’ketegangan’ dalam diri. Hidup tak tenang, makan tak enak, tidur tak nyenyak (jiehh, hiperbolis kieu nya?..hehe). tapi emang iya juga sih...pokoknya mah intinya, gelisah ajah. Karena khawatir dan takut, disana mesti ngapain, duh...do’a-do’anya belum hapal, gimana kalo ibadahnya tidak sempurna...padahal kesempatan belum tentu datang dua kali, gimana kalo disana melakukan kesalahan2...dan sejumlah pertanyaan memenuhi benak...mana haji mandiri lagi, karena ngga ikut yayasan manapun.

Tapi kegelisahan itu akhirnya meredam seiring dengan aktivitas mengais ilmu yang kami lakukan. Meski sedikit demi sedikit.. tapi lumayan lah. Kami pun belajar ke sana sini; searching dari internet, lalu kami kumpulkan dan kami edit menjadi sebuah buku, pinjam buku2 manasik, liat VCDnya dan alhamdulillah (karena ketidak Pdan), di detik-detik terakhir pelunasan akhirnya kami menemukan KBIH yang insya Allah secara kayfiyyah sesuai dengan sunnah Rasulullaah Saw. Hehe, tak ada kata terlambat bukan? Meski kami harus bolak balik Bogor-Bandung, karena KBIHnya ada di Bandung.. tak apa lah... yang penting kami tumaninah, dan puas tentu saja... alhamdulillaah...

Ttg manasik haji dan umrah
belajar manasik sendiri memang gampang-gampang susah. Selain butuh komitmen untuk meluangkan waktu khusus mempelajari ilmu manasik, dibutuhkan juga ketekunan dan sikap kritis. Karena dalam beberapa kayfiyah ada perbedaan-perbedaan yang tak jarang bikin bingung. Ya, gini deh resikonya jadi muqallid ’aam... serba ga tahu karena tidak menguasai dalil terkait ilmu manasik. Mungkin juga karena yang sy jelaskan di awal, sy tdk pernah mempersiapkan diri sebelumnya. Salah sendiri ya? :)

Tapi menjadi muqallid ’aam dalam masalah manasik, tak menyurutkan langkah kami untuk naik tingkat menjadi muqallid muttabi’. dalam kesempitan waktu yang kami miliki, kami paksakan banyak belajar. mereka yang mengikuti yayasan kelompok bimbingan ibadah haji (kbih), sudah sejak bulan januari mendapatkan ilmu manasik di yayasannya masing-masing. Kami sendiri, karena awalnya haji mandiri (tidak ikut ke kbih manapun, karena tidak ada kbih yang sreg di hati) baru bulan juni pertengahan mengikuti manasik yang difasilitasi oleh Depag kecamatan di Bogor Utara. Meski sejak sebelumnya kami sudah mulai searching by internet. Tetap saja, di permulaan mempelajari manasik haji, kami menemui cukup banyak kesulitan. Mungkin karena dalam pelaksanaan ibadah haji urutan2nya agak ribet, terutama di tanggal 8-9-10 djulhijjah, yaitu yaum attarwiyyah, yaumul arofah dan yaumun nahar.

Kalo sekarang sih, alhamdulillah... masa-masa rieut dan bingung nya sudah berlalu...seiring dengan bertambahnya ilmu hasil mengais-ngais tea, hehe... terlebih setelah mengikuti kbih persatuan islam yang pusatnya di bandung... Uuh! Mantap. Saat pembekalan kedua yang dilaksanakan tgl 9 agustus lalu di PPI 84 ciganitri dekat rumah orangtua sy di bojongsoang, serasa lebih cling! Hebring lah pokonya mah...

Ada satu hal yang sy bisa ambil pelajaran dari apa yang sy alami ini, bahwa BELAJAR JANGAN TUNGGU MOMEN, apalagi belajar syari’ah Islam. Belajarlah segala hal terkait aturan-aturan yang telah Allah tetapkan bagi kita hamba2Nya setiap saat. Karena waktu yang ada tidak lebih banyak dari ilmu yang wajib kita kuasai.

Tu be kontinyu.....insya Allah
(semoga bermanfaat)

dahsyatnya bahasa al-Qur’an #1 : murid cerdas yang mudah marah

Kisah ini adalah kisah nyata, jadi saya membuatnya tidak dalam rangka mengarang-ngarang cerita. Kisah ini betul-betul saya alami sendiri saat menjadi guru di homeschooling group SD. Sy coba buat berseri, karena banyak hal yang saya alami sendiri saat menyelesaikan persoalan tilmidzaat hsgsd (homeschooling sd) dengan menggunakan pendekatan dalil ayat2 al-qur’an dan hadits…

Sy sendiri di hsgsd mengajarkan tahfidz dan mata pelajaran sains untuk kelas 1, 2, 4 dan 5 SD. Jumlah muridnya sendiri masih sedikit, kelas 4 lima siswa, dan kelas 5 hanya dua siswa. maklumlah...namanya juga homeschooling. Tapi untuk kelas 2, jumlahnya lebih banyak ; 12 siswa, dan di tahun ajaran baru ini jumlah siswa kelas 1 mencapai kuotanya yakni 15 siswa. Hmm, ternyata makin banyak peminat homeschooling....

Nah, alkisah di suatu hari saat saya sedang rehat beberapa saat setelah mengajar sains di kelas 4 di lt.2, ketika saya duduk-duduk di meja guru di kantor kami yang mungil... terdengar suara gaduh dari lt.2...tak lama kemudian menggemalah suara tangis bocah yang padahal sudah kelas 4 sd itu.

Tak lama berselang, si murid tersebut sudah menampakkan batang hidungnya tentu saja dengan tetap meraung-raung menangis. Ada apakah gerangan? saya pun memeluknya dan bertanya mengapa dia menangis sejadi-jadinya. Masih dalam raungannya, dia pun menjawab ”aku di ledek bu...” pendek.

”memangnya masalahnya apa, zan?”

”teman-teman kan tau, saya orangnya emosian, bu... kenapa mereka masih saja membuat saya marah, heuuuu...heuuuu....heuuu...” masih menangis.

Rizan. Ya! Anak baru yang sebelumnya menimba ilmu di sekolah reguler ini memang unik. Dulu, saat dia masih sekolah di SD negeri, dia sering bermasalah. Dengan kondisi emosinya yang sering meledak-ledak, tentulah teman-teman dan lingkungan sekolahnya sering mencapnya sebagai anak yang ’susah di atur’ atau mungkin ’anak nakal’. Padahal tak sepenuhnya benar, sy pikir mereka hanya melihat sosok anak ini dari satu sisi, dan mereka tak mampu melihat sisi istimewa yang lain. Sy sndiri mengenalnya sebagai murid yang sangat brilian, kritis, cerdas berbahasa dan mudah menghapal. Kegemarannya yang sangat menonjol adalah membaca ensiklopedi. Jadilah pengetahuannya melebihi ambang batas teman-teman sekelasnya. Dan bacaannya favoritnya adalah all about fauna. Jadilah dia hapal aneka spesies satwa, sistem pernafasan hewan yang beraneka ragam, habitat hidupnya, cara berkembangbiak, bahkan dia hapal perbedaan dan nama2 spesies dalam satu ordo. Saya pun tercengang dibuatnya!...hanya saja dia tak suka menulis. Menulis adalah hal yang paling menyebalkan baginya.. jika teman-temannya yang cuma 4 orang sibuk menyalin materi dari whiteboard, dia pun sibuk, tapi sibuk menggambar. Ya! Menggambar adalah kegemarannya yang lain, bahkan dia sangat pintar membuat cerita bergambar. Pernah satu ketika dia memperlihatkan cergam bertema ikan buntal kepada saya. Subhanallaah, gambar yang sempurna! Mirip komik betulan.

Hanya saja, jika ’penyakitnya kumat’, alamat rusak kegiatan belajar mengajar... suaranya yang lantang dan keras, pastilah akan mendominasi ruang kelas. Kasian juga liatnya, hmm, kalo bahasanya psikologinya penyakit ADHD kali ya... mudah marah, gampang tersinggung dan sulit mengendalikan diri saat emosinya memuncak.

”ayo ikut ibu...” saya memapahnya kembali ke kelas. Saya tau, biang masalahnya ada di kelas.

”siapa yang sedang ada masalah dengan Rizan? Ayo Ishlah!” Rizan pun menghentikan tangisnya.

Dan saya pun melihat ada wajah yang sedang tertekuk, sebut saja namanya Izzuddin.

”Innamal mu’minuuna ikhwah...sesungguhnya sesama mukin itu bersaudara, kata Allah lhoo...” saya mulai mengeluarkan jurus jitu; berdalil.

”Ayo, bermaafan!”

”Siapa saja yang memaafkan lebih dulu, dia lebih mulia di sisi Allah”

Tanpa disangka, Rizan lah yang terlebih dulu mengulurkan tangan dan mendekat pada Izzuddin, tanpa memerlukan waktu yang lama, mereka pun bersalaman.

”ayo pelukan, ucapkan permohonan maafnya!” saya sedikit membuat permintaan.

Tak disangka, mereka pun kembali melakukannya.

”Subhanallah... generasi dambaan Rasulullah nih, mudah-mudahan perselisihannya tidak terulang ya... lain kali Rizan tidak boleh emosional ya!...ini kata Rasulullah lho zan, ”laa taghdhob!” janganlah kamu marah-marah!”

Dan saya pun bertashbih!... subhanallah... rizan, yang sangat kami kenal sulit sekali terkondisi saat sedang marah, dengan mudahnya mengendalikan emosinya, setelah diingatkan dengan bahasa dalil... subhanallah...subhanallah!

Minggu, 02 Agustus 2009

hari bebas tugas

ahad kemarin betul-betul hari istimewa buat saya. bukan, bukan karena saya berulang tahun, karena tanggal kelahiran saya mah sudah lewat. yang mebuat saya merasa istimewa adalah, hari itu adalah hari saya 'dibebaskan' dari segala rutinitas di rumah. ya! suami memberikan kesempatan saya rehat dan beristirahat hari itu...

subuh hari, disepakatilah bahwa saya boleh melakukan apa yang saya inginkan. tak perlu pusing memikirkan anak-anak, memandikan dan menyuapinya...

"ayah seharian ini ga ada kegiatan mi..., biar anak-anak sama ayah aja...gapapa kok" suami saya meyakinkan.

"bener lho yah gapapa?"

"trus, umi dikasih waktu sampe jam berapa?" saya memvalidasi izin dan keridhoannya

"yaa...mmm, seselesainya urusan ummi deh...terserah ummi mau ngapain"

wah, jujur saja, diberi keleluasaan begitu malah bikin saya bingung. meski bingung, tapi kesempatan itu tidak saya sia-siakan. akhirnya, selepas sholat subuh, bergegaslah saya membereskan rumah; nyapu (kalo hari minggu ga ngepel), beberes kamar, parabot dan mainan anak-anak yang masih terserak, mbereskan cucian, cuci piring dan tak lupa : masak! (kebetulan nasi tinggal ngangetin, masih tersisa sayur sop bakso, jadi tinggal ngangetin juga... jadi kemarin cuma goreng ikam mas aja...). habis itu saya mandi, dan menyiapkan susu panas favorit untuk 3 orang istimewa yang sangat saya sayangi, susu coklat milo untuk ayah dan teteh..dan susu bendera vanilla buat aa.

pagi jam 6 anak-anak masih pules tertidur..yah wajar, lha malem baru bobo jam 23.oo... pasti masih pada ngantuk. sambil mengerjakan ini-itu saya mikir-mikir, "enaknya hari ini ngapain ya?..bingung dah gua!".. hehe, dikasih kesempatan libur bingung, ga dikasih mumet. lucu! manusia emang gitu ya?:)

tibalah saat saya berangkat untuk tujuan yang belum saya putuskan. tapi di dalam hati, saya sudah memantapkan diri, bahwa hari ini disaat saya diberi kesempatan untuk menikmati detik-detik waktu melepas kepenatan dari rutinitas, akan betul-betul saya gunakan sebaik mungkin supaya sepulang saya nanti saya punya semangat dan energi yang baru. setelah berpamitan kepada suami, berangkatlah saya, tak lupa membawa tas gemblok kesayangan, dan beberapa buku panduan haji pinjaman nenek Djuswita yang baik hati yang belum khatam di baca.

di perjalanan, sambil berjalan kaki menuju pangkalan angkot 06 saya mulai berpikir, "kira-kira, enaknya ngapain ya?... "mm, ke spa? nyalon ajah kitu?" halaah, so iye pisan nya? :) buru-buru saja saya delete rencana itu, selain tidak punya pengalaman spa-spa an begitu rupa, faktor uang juga jadi kendala (belum gajian ceritanya). mungkin lain lagi ceritanya kalo si dompet masih agak 'tebel', sekali-kali boleh lah dicoba...hihihi..

atou ke jakarta ajah gituh, ke kampung melayu atou ke kampung rambutan atou ke depok jumpa sohib, swit-swit memorian sekalian ngobroling tema parenting, sharing pengalaman dan bahas masalah emak-emak. ah bener-bener bingung...
"ah, kumaha engke weh lah...mungkin di angkot saja keputusannya mau kemana" pikir saya. ditengah kegalauan itu, lewatlah sebuah angkot di depan hidung, karena tangan terlambat mberi kode, lewatlah si angkot dengan damai... telat sih yul!

akhirnya sambil merenung saya tunggu angkot berikutnya. tak lama berselang, do'a saya terkabul...yap! angkot! setelah naik dan merapikan posisi... mulailah saya memutar otak lagi... "ya Allah, saya dikasih libur sama suami...tapi kemana ya?"

"apa ke kebun raya aja? menyepi disana sambil baca buku dan buka laptop, nerusin nulis modul dan nulis buku untuk oleh-oleh haji?... eeerrghh, tapi ga kebayang banget, sekarang kalo pagi bogor kan dingin banget, yang ada entar di kebun raya saya nguap terus, ngantuk... capee deeh..." otak saya terus bekerja menimbang-nimbang.

"atou ke mesjid aja kali ya... bisa sekalian kontemplasi, sholat dan taubat!"

saya pun tersenyum. sendiri. ya sendiri dong, kan saya naik angkotnya sendirian... meski di angkot ada penumpang lain, tapi mereka kan ga tau apa yang saya pikirin..hehe

"ya... mesjid!... sekalian bisa mengktahamkan buku dan nulis" :) thats right! hoorreeee!

untunglah saya tidak terlambat mengambil keputusan. dan akhirnya pagi itu saya memutuskan untuk memanfaatkan waktu untuk berkontemplasi. tibalah saya di pintu sebuah mesjid besar di kota bogor, mesra (mesjid raya). alhamdulillaah...

begitu memasukinya, muktamir masih belum selesai bebenah masjid, tapi saya cuek saja... saat itu memang kurang lebih masih jam 7 pagi. ini masjid kan buka 24jam, pikir saya.

"punten ya mba..." sapa saya begitu saya lihat mba-mba yang sedari tadi menyapu karpet sajadah di tempat sholat akhwat. mulailah saya wukuf berjam-jam di atas sajadah yang tadi dibersihkan oleh muktamiroh masjid. membaca mushaf kesayangan yang udah lecek dan lepas-lepas, menekuri buku manasik haji, dan sedikit menulis karena laptopnya keburu mati, hehe.

setelah merasa cukup karena pegal. saya pun mulai merindukan gelak tawa anak-anak dan senyum manis suami tercinta. adzan dzuhur pun berkumandang. selepas itu saya pun menelpon suami.

"ayah gimana anak-anak, aman?"

"aman mi... ni lagi pada maen"

"yah...ummi udah nih, pengen pulang... kalo anak-anak ga cape jemput ummi ya..."

"emang ummi dimana, habis ngapain?" suami saya kayaknya keheranan.

"ummi habis wukuf, kontemplasi, di mesjid raya... jemput yaa.."

"okee..." jawabnya...

sambil menunggu suami dan anak-anak datang menjemput, saya sempatkan ke perpustakaan masjid yang lesehan di pojokan masjid... mata saya langsung jatuh cinta pada satu tulisan karya neno warisman ; 'trilogi opera keluarga" (kalo tidak salah) matahari ogi tersenyum karena maghfiy, begitu kurang lebih judulnya. buku yang luar biasa... mata saya sampe berkaca-kaca membaca beberapa pengalaman bunda neno dalam mendidik anak-anaknya...sangat inspiratif. meski baru membaca beberapa kisah, tp saya sudah bisa menangkap benang merah dari tulisan berisi pengalaman langsung dalam mendidik anak tersebut; Jadilah orangtua yang menjadi contoh terbaik bagi lakon anak-anak. jadilah orangtua yang mampu menciptakan anak laksana bintang yang senantiasa bersinar, meski awan gelap menyelimuti langit.. subhanallah. ya Allah, bimbinglah saya agar bisa sabar menghadapi tingkah polah anak-anak yang terkadang menyebalkan, heueueu...saya pun menangis.

tak lama berselang, sosok balita yang berjalan dengan kaki dihentak dan kepala agak botak pun muncul di hadapan muka saya. "faqih!" dan faqih pun menggelendot manja seperti biasa..

"ummi ngapain di mesjid? berjuang ya?" tanyanya

seperti biasa, setiap kali saya keluar rumah dia akan membahasakannya "ummi sedang berjuang". saya pun hanya tersenyum sambil menciuminya..

"mana ayah sama teteh a?" tanya saya

"tuuh! teteh bobo mi, di angkot tadi teteh bobo" faqih memberi penjelasan...

selepas itu, kami pun pulang bersama-sama. tak lupa, singgah dulu di barber shop murah meriah untuk memlontoskan rambut faqih yang padahal sudah agak botak... ah, jika saya ceritakan kenapa akan panjang sekali ceritanya. intinya sih, rambut faqih pitak karena saat dia main gunting, dia bereksperimen pada rambutnya sendiri...malah rambut adiknya pun ikutan digunting..hehe. dasar si aa! :D akhirnya, supaya eye catch dan tidak disangka aa borokan kepalanya, kami putuskan untuk 'merapikan' rambutnya, dengan cara dibotakin... untungnya faqih pun menerima saran kami dengan ikhlash, hehe. cukup dengan menyiapkan sebotol nu green tea dan kerupuk rambak 1 bungkus buat faqih, sukses lah prosesi 'tahallul'nya faqih...

"huaa... aa botak mi" si teteh senyum kegirangan liat kepala aa-nya yang plontos.

hari itu memang menyenangkan, dan tulisan ini tidak ada maksud apapun selain ingin sekedar berbagi pengalaman. apa yang saya alami, sangat mungkin pernah dialami oleh yang lainnya. tapi izinkan saya menutupnya dengan sebuah kesimpulan, bahwa memberikan kesempatan kepada orang terdekat untuk menikmati kesendiriannya, melakukan aktivitas yang disenanginya dengan bebas, tentu akan sangat menyenangkan. itulah yang saya rasakan, meski hanya beberapa jam saja...dan saya pun kembali bersemangat. layaknya hp yang udah lowbatt di carge lagi... pfiuuh, bebas dari kepenatan sejenak, siap semangat untuk kembali melayani suami dan anak-anak...

makasih banget yah atas kesempatan yang diberikan... :)

Senin, 27 Juli 2009

terorisme : konstruksi opini itu gugur sudah

Opini, Koran Republika
Senin, 27 Juli 2009 pukul 01:18:00

Daniel Rudi Hariyanto dan Anab Afifi
Mahasiswa Kajian Media, IKJ dan Praktisi Komunikasi dan Alumnus Ponpes Al Mukmin Ngruki

Sejak terjadinya aksi bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, seluruh perhatian media massa terpusat pada pemberitaan peristiwa tersebut. Sebuah model pemberitaan berhasil mengonstruksi opini publik sekaligus mengabaikan hak-hak masyarakat untuk memperoleh informasi objektif berdasarkan kaidah-kaidah jurnalistik investigatif.

Jika dikaji tayangan audio visual beberapa stasiun televisi swasta, dapat kita temukan kemasan pemberitaan yang padat dan berulang pada setiap konten berita. Kemasan tersebut dibumbui dengan thriller-thriller dan bumper yang sangat cepat. Diambil dari potongan-potongan visual dan audio, diedit dengan ritme yang cepat, disertai scoring musik yang menarik.

Media televisi komersial menunjukkan perlombaan dalam menampilkan berita terbaru. Konten berita yang berulang-ulang dan selalu sama bagaikan cerita yang selalu ditutup dengan open ending yang membuka interpretasi dan persepsi yang berlebihan di mata pemirsa. Maka, konsumen berita terus-menerus digiring dalam ruang informasi yang samar-samar.

Konstruksi berita
Teknologi informasi telah melahirkan konsekuensi percepatan penyiaran berita. Berita tidak lagi berbatas ruang dan waktu. Media televisi dengan sangat praktis dapat segera menyiarkan liputan lapangan secara langsung kepada publik. Demikian yang dapat kita saksikan jam demi jam. Sejak 17 Juli, dalam satu hari, stasiun penyiaran terkesan berlomba dan bersaing merebut segmen pemirsa dengan melansir berita terbaru di lapangan.

Pada jam-jam awal peristiwa, dapat disaksikan rekaman beberapa video amatir yang diambil oleh saksi mata di lapangan. Jam-jam berikutnya, para saksi sudah masuk studio untuk memberikan keterangan peristiwa. Berikutnya konten diisi oleh analisis beberapa pengamat.

Situasi hari pertama adalah situasi yang gamang. Belum adanya titik terang dari hasil investigasi Polri membawa konsekuensi munculnya spekulasi media peyiaran. Informasi yang tumpang tindih berkutat sekitar koran dan lokasi pengeboman. Dimunculkannya pengamat intelijen dan pengamat terorisme menambah spekulasi bertambah kuat.

Tiga hari libur panjang merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan opini publik. Hari-hari berikutnya, analis-analis memberikan pernyataan yang memfokuskan aksi peledakan kepada jaringan Jamaah Islamiyah. Jaringan ini memang menjadi langganan pemberitaan setelah peledakan bom Bali 1. Noordin M Top dan kelompoknya menjadi sorotan, manakala muncul inisial N. Media menerjemahkannya sebagai satu di antara dua pelaku peledakan bom bunuh diri.

Nur Sahid alias Nur Hasbi adalah santri Ngruki seangkatan Asmar Latin Sani. Fotonya dilansir dalam setiap pemberitaan, berulang-ulang kali. Foto lelaki dengan kacamata hitam itu sangat jauh dari wajah teroris. Ia seperti wajah pemuda-pemuda desa berkacamata hitam lainnya. Warga Dusun Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung Jawa Tengah itu menjadi headline setiap berita.

Sementara berita itu telah dilansir media massa, pihak kepolisian yang menangani investigasi belum memberikan keterangan apa pun. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa media massa menjadikan keterangan sekunder sebagai berita yang primer. Keberadaan keluarga Nur Sahid khususnya dan warga Temanggung pada umumnya merasa terganggu dengan adanya pemberitaan tersebut.

Televisi menyiarkan gambar rumah keluarga Nur Sahid yang tertutup rapat. Tayangan visual yang ditambah dengan narasi reportase tersebut semakin menambah dramatis berita yang belum tentu memiliki kekuatan data tersebut.

Munculnya video kedatangan laki-laki bertopi yang menjinjing tas beroda telah membangun opini yang sangat kuat terhadap Nur Sahid. Tayangan video rekaman itu berasal dari rekaman kamera pemantau keamanan JW Marriott. Tayangan ini menambah kekuatan drama berkaitan dengan pengembangan informasi yang telah dikonstruksikan sejak awal peristiwa.

Ketika tayangan berikutnya didapatkan dari kamera pemantau Hotel Ritz Carlton yang menyampaikan adanya pengeboman ke dua, tampak seorang lelaki berjalan tergesa-gesa ke arah restoran Airlagga. Beberapa saat kemudian, ledakan terjadi. Penonton tidak disuguhkan detail kedatangan pelaku, seperti video dari Hotel Marriott.

Kedua tayangan tersebut semestinya dikaji lebih mendalam, terkait dengan sistem pengamanan yang diberlakukan pada kedua hotel.

Tayangan kedua video tersebut disertai narasi berita yang difokuskan pada pelaku bom bunuh diri Nur Sahid, alumni Ngruki, bagian dari Jamaah Islamiyah kelompok Noordin M Top dan konstruksi paling atas adalah pondok pesantren asuhan Ustaz Abu Bakar Baasyir.

Gugurnya konstruksi opini
Enam hari setelah peritiwa peledakan, Polri memberikan keterangan bahwa inisial N yang disebut sebagai penghuni kamar 1808 Hotel JW Marriott ternyata tidak sesuai dengan DNA yang diambil dari anggota keluarganya. Tentunya, keterangan resmi Polri tersebut membawa dampak berantai pada konstruksi opini yang telah hampir satu minggu ini dibentuk oleh media massa elektronik dan cetak.

Gugur sudah konstruksi opini yang telah dibangun media massa, terutama media televisi selama enam hari ini. Sebuah stasiun televisi swasta, pagi-pagi benar di segmen acara editorial, mencoba membangun konstruksi baru dengan menyampaikan narasi yang menciptakan respek terhadap kerja-kerja lembaga kepolisian yang independen dan profesional. Munculnya keterangan mengenai satu di antara dua pelaku yang masih berusia antara 16 atau 17 tahun menjadi fokus baru. Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan perekrutan anak-anak sebagai pelaku pengeboman sebagai cara baru. Ada pembahasan dari pengamat psikologi anak yang menyampaikan gugatan terhadap praktik teror bom bunuh diri yang menggunakan anak-anak sebagai pelaku.

Berita berikutnya adalah pembahasan lembaga intelijen. Pengungkapan teorisme tidak hanya menjadi tugas kepolisian, melainkan juga tugas semua aaparat keamanan negara.

Hari keenam setelah peledakan, media massa, khususnya televisi komersial, terkesan berbalik dan mencari arah serta fokus pemberitaan. Dalam hal ini, terdapat satu hal penting yang harus disadari oleh semua pihak. Perlunya langkah-langkah dari media massa.

Pertama, mesti ada sikap baik untuk menyampaikan klarifikasi terhadap pemberitaan sebelumnya. Kedua, menyampaikan permintaan maaf kepada segenap masyarakat, korban, keluarga di Desa Ketekan Temanggung, Pesantren Al Mukmin Ngruki, serta Ustaz Abu Bakar Baasyir disebabkan berita-berita yang selama ini dilansir telah merugikan moralias sosial pihak-pihak tertentu.

Ketiga, media massa semestinya melakukan perbaikan dalam teknik investigasi berita, bukan mengedepankan kuantitas berita tanpa memedulikan kualitas berita. Penyiaran langsung memiliki potensi kesalahan data dan penyataan narasumber. Pakem-pakem investigasi semestinya dipegang teguh para jurnalis dalam menyampaikan fakta di lapangan.

Gugurnya konstruksi opini yang terbangun selama enam hari ini, jika tidak segera disikapi dengan baik, akan melahirkan pola dan bentuk terorisme baru yang dilakukan media massa. Kamera, perekam suara, pena, dan berita akan menjadi bom-bom baru yang menciptakan ketakutan dan membahayakan kelangsungan negara serta kemanusiaan secara keseluruhan.

Komentar :
Dari tulisan Opini diatas telah terbukti Media Massa sebagai pilar ke-4 dalam sistem demokrasi:
1. Gagal menyajikan kebenaran kpd masyarakat
2. Media telah ‘mengatur’ masyarakat, not what to think, but what to think about. Sehingga realita berita yang sesungguhnya tertutupi dan termanipulasi
3. Media massa terus-menerus melakukan propaganda&penyesatan opini ttg Dunia Islam

Sedangkan peran media massa di dalam Islam adalah:
1. Sarana Memberi Petunjuk Jalan Kehidupan yang Lurus
2. Sarana Mengajak Umat Dunia kepada Kebenaran dan Kemuliaan Islam
3. Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar di kalangan umat Islam agar tidak terpengaruh penyesatan Propaganda Dunia

"Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap" (T.QS Al-Isra:81)

Masyarakat/ummat harus semakin cerdas memilih&memilah informasi dari media massa, mana kebenaran&mana penyesatan..

Don’t trust the media but be the media..!

membangun keharmonisan antara kakak dan adik

Keharmonisan di dalam rumah tentu menjadi impian semua orang. Dengan keharmonisan, apa yang diimpikan yaitu menjadikan rumah sebagai surga (baytii jannatii) akan terwujud. Atau dengan kata lain, maqashid syariah dari sebuah kehidupan berkeluarga yaitu terciptanya suasana sakinah mawaddah wa rahmah akan tercapai (QS. Ar-Ruum : 21) . Keharmonisan bukan hanya milik suami dan istri, melainkan untuk semua anggota keluarga; antara orang tua dan anak, juga antara saudara sekandung; kakak dan adik.

Boleh dikata, tidak ada satu pun keluarga yang tidak pernah mengalami konflik. Termasuk antara kakak dan adik di dalam rumah. Tidak sedikit kita saksikan fakta di sekeliling, kakak dan adik yang tidak akur, bertengkar, saling mencela, bahkan mungkin saling menyakiti.

Mungkin tidak sedikit dari orang tua yang merasa bingung menyikapinya, atau malah tidak jarang orang tua salah mengambil sikap dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Membiarkan konflik berlarut-larut akan membawa dampak buruk tidak hanya bagi perkembangan kepribadian anak (menjadi pencemburu, egois, iri dan dengki), tapi juga akan menjadi ancaman bagi keharmonisan dan keutuhan rumah tangga itu sendiri. Sudah bisa dipastikan, hubungan kakak-adik yang tidak harmonis akan mengakibatkan satu diantaranya tidak betah berlama-lama tinggal di rumah. Jika sudah demikian, maka lingkungan pergaulan akan menjadi rumah kedua bagi mereka.

Orang tua ; kunci keharmonisan kakak-adik

Anak adalah amanah Allah Swt kepada orang tua. Interaksi antar saudara di dalam keluarga tentunya tidak lepas dari peran orang tua sejak awal dalam pengasuhan.

Al-Ghazali di dalam Ihya-nya mengatakan ”Hati anak-anak masih suci bagaikan tambang asli yang masih bersih dari segala corak dan warna. Ia siap dibentuk untuk dijadikan apa saja tergantung keinginan pembentuknya. Jika dibiasakan dibina untuk menjadi baik, maka ia pun akan menjadi baik. Dan kedua orang tua, para guru dan pendidiknya pun akan menuai kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun sebaliknya, bila dibiasakan terhadap keburukan dan diabaikan pembinaannya laksana binatang ternak, maka buruklah jadinya dan ia pun akan merugi. Orang tua dan para pendidiknya pun akan turut menanggung dosanya”
Rasulullah Saw bersabda,
”Setiap anak yang baru dilahirkan itu lahir dalam keadaan fithrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi”(HR. Bukhari)

Orang tua memegang peranan penting dalam mempersiapkan anak-anaknya menjadi putra-putri yang shalih dan shalihah; taat kepada Allah Swt, berbakti kepada kedua orang tua serta memiliki kepribadian Islam yang mumpuni.

Orang tua yang menyiapkan anak-anaknya menjadi shalih dan shalihah dido’akan oleh Rasulullah Saw,
”Semoga Allah merahmati orang tua yang menolong anaknya menjadi anak yang berbakti” (HR. Ibnu Hibban)
Untuk membangun keharmonisan antara kakak dan adik, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari orang tua dan seluruh anggota keluarga. Orang tua memegang peranan penting dalam upaya mengharmoniskan hubungan kakak-adik di dalam rumah. Bagaimana caranya? Berikut kiat-kiatnya :

1. Pahamkan anak akan kewajiban terikat kepada syariat (termasuk tentang adab dan akhlaq kepada saudara) sejak dini
Setiap orang tua pasti mengharapkan anak-anaknya menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah, taat kepada Allah dan RasulNya, hormat dan patuh pada orang tua dan saling menyayangi antara saudara sekandung; kakak menyayangi adik dan adik hormat pada kakaknya.

Anak akan senantiasa terikat kepada syari’at jika aqidahnya kokoh. Menanamkan aqidah yang kokoh adalah tugas orang tua yang utama. Tentu saja prosesnya sangatlah panjang, bahkan harus dimulai sejak anak berada di dalam kandungan. Orang tua harus berupaya semaksimal mungkin agar anak-anaknya selalu menjadikan Allah Swt dan RasulNya berada di urutan nomor satu. Sehingga anak menjadi sosok hamba Allah yang sami’naa wa atho’naa terhadap segala perintah dan laranganNya.

Persoalan menanamkan pemahaman yang benar tentang adab dan akhlaq kepada saudara kandung pun tidak bisa dilakukan secara instan. Butuh proses dan perjuangan dari orang tua dalam membiasakan anak-anaknya untuk saling menghormati dan menyayangi satu sama lain. Orang tua hendaknya sudah mulai menanamkannya sejak dini. Bahkan mungkin ketika sang adik masih di dalam kandungan. Misalnya, dengan memberikan pengertian bahwa ia juga berasal dari perut ibu, sama seperti adiknya. Ibu juga bisa menceritakan bagaimana merawat dia dengan sepenuh hati dan menyayanginya sama seperti yang dilakukannya sekarang kepada sang adik. Dalam keadaan seperti ini, ibu mengondisikan agar kakak menyayangi adiknya yang masih ada dalam kandungan.

Cara lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan melibatkan kakak untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan adik baru. Perlakuan demikian akan membuat kakak merasa dihargai, sehingga ia tidak akan cemburu. Bahkan hal tersebut akan menambah rasa kasih sayang kakak terhadap adiknya.

Berikanlah pengertian dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak sesuai dengan tingkat berpikirnya. Jika anak sudah menginjak usia baligh, orang tua dapat memberikan pemahaman disertai dalil-dalil syar’iy yang terdapat di dalam al-Qur’an maupun Hadits. Misalnya dengan menceritakan hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi, bahwa Anas bin Malik ra berkata, ”Ada orang tua datang ingin menemui Nabi Saw, dan orang-orang yang ada di dalam majelis tidak segera melapangkan tempat untuk memberikan jalan kepada orang tua tersebut. Kemudian Nabi Saw bersabda, ’Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menyayangi yang muda dan tidak menghormati yang lebih tua’” (Shahih Shahihul Jami’ no. 5445, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas)

Atau hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari dari Kulaib Al-Juhani ra. Bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Saudara tua adalah orang yang menempati posisi orang tua”.

Dua hadits tersebut menunjukkan bahwa kakak haknya dihormati, sehingga kewajiban adik adalah menghormati kakak. Sebaliknya, hak adik adalah disayangi, sehingga kakak berkewajiban untuk menjaga dan menyayangi adik.

Maka ketika orang tua menanamkan dalam jiwa kakak perasaan kasih sayang, cinta kepada adik, dan juga menanamkan dalam diri adik sifat menghormati dan menghargai kakak, maka keluarga akan berjalan dengan harmonis dan bersahaja. Karena setiap individu dalam keluarga mengetahui hak dan kewajibannya satu sama lain.

2. Berikan teladan terbaik dari orang tua
Kebaikan dan keshalihan orang tua membawa pengaruh besar terhadap pembinaan jiwa anak. Keteladanan yang baik akan membawa kesan positif dalam jiwa anak. Jangan harap anak akan saling menghargai dan menyayangi satu sama lain, jika orang tua terbiasa bersikap dan berkata kasar kepada pasangan atau kepada anak-anaknya.

Orang tua dituntut untuk selalu menjadi yang terdepan dalam ketaatan dan kebaikan, karena anak melihat mereka setiap waktu. Dan orang tua akan menjadi cermin bagi anak-anaknya hingga dewasa.

Bangunlah sebuah motivasi bersama di dalam rumah agar senantiasa dapat meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Swt bersama-sama. Tentu saja dengan orang tua sebagai contoh utama. Gambarkan kepada anak-anak, bahwa kebersamaan yang diharapkan adalah kebersamaan yang bukan hanya di dunia, melainkan juga sampai ke akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Swt.

”Dan orang-orang yang beriman yang diikuti oleh keturunan mereka dengan keimanan, Kami akan pertemukan keturunan mereka dengan mereka. Dan kami sedikit pun tidak akan menyia-nyiakan amal (shalih) mereka” (TQS. Thur : 21)

3. Bersikaplah adil dan jangan pilih kasih
Ketidakadilan dan sikap pilih kasih orang tua terhadap anak-anak akan menimbulkan rasa cemburu dan dengki dalam jiwa anak karena merasa dirinya disisihkan. Itulah yang dahulu terjadi pada Nabi Yusuf as yang diutamakan dari saudara-saudaranya yang lain. Akibatnya, saudara-saudara Nabi Yusuf as berkomplot untuk mencelakainya, bahkan merencanakan untuk membunuhnya (QS.Yusuf :8-9). Karena itulah Rasulullah Saw telah menerangkan bagaimana cara memperlakukan anak dengan adil dan tidak pilih kasih.

Rasulullah Saw bersabda,
”Bertakwalah kepada Allah, bersikaplah adil terhadap anak-anak kalian” (HR. Muslim)

”Bersikaplah adil diantara anak-anak kalian dalam pemberian sebagaimana kalian suka berlaku adil diantara kalian dalam kebaikan dan kelembutan (HR. Ibnu ’Abid Dunya)

Rasulullah Saw bahkan pernah menegur seorang sahabatnya tatkala dia hanya mencium anak laki-lakinya saja, sementara itu anak perempuan (yang juga ada bersamanya) tidak diberi ciuman. Saat melihat kejadian tersebut kemudian Rasulullah Saw bersabda, ”Kamu tidak bersikap adil pada keduanya!” (HR. Bayhaqi dari Anas)

Mengistimewakan satu atas yang lainnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap anak, yaitu munculnya sikap cemburu, iri, dengki bahkan permusuhan yang dapat berujung pada pemutusan tali persaudaraan. Selain itu sikap pilih kasih juga akan mengakibatkan memburuknya hubungan anak dengan orang tua. Akibatnya, hubungan anak dengan orang tua pun menjadi tidak harmonis.

Orang tua yang bersikap adil akan memperoleh kebaikan dan pahala yang berlipat ganda dari sisi Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasul Saw,
”Orang-orang yang bersikap adil akan (dimuliakan dengan) ditempatkan di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam (melaksanakan) hukum (syari’at)nya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin”. (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr bin ’Ash)

4. Jika terjadi ’perang saudara’, bersegeralah dalam melerainya
Jika timbul perselisihan dan pertengkaran antara kakak-adik, orang tua harus segera bertindak untuk melerai dan menjernihkan hati dan pikiran mereka, agar tidak timbul kebencian dan dendam yang berlarut-larut.

Lihatlah masalah yang terjadi secara objektif, siapa yang benar dan siapa yang salah. Jangan pernah menyalahkan salah satu pihak, meskipun memang satu diantara keduanya melakukan kesalahan. Karena menyalahkan salah satu pihak bukanlah tindakan bijaksana.

Memberikan motivasi kepada dua belah pihak untuk saling memaafkan satu sama lain adalah cara terbaik. Doronglah mereka untuk berani meminta maaf (jika berbuat salah), dan berlapang dada untuk memaafkan. Berikan apresiasi jika ada salah satu diantara mereka yang mau mengalah dan meminta maaf terlebih dahulu. Gambarkan bahwa Allah Swt sangat mencintai hamba-hambaNya yang menyadari kesalahannya lalu meminta maaf dan memohon ampunan kepadaNya. Allah Swt juga mencintai hamba-hambaNya yang mau memaafkan kesalahan orang lain.

Hargailah pihak yang benar lalu tumbuhkan empatinya, agar ia tidak memposisikan dirinya sebagai pemenang. Juga tenangkan dan hiburlah yang salah, agar ia tidak terlalu merasa terpojok. Disinilah pentingnya orang tua menghargai perasaan masing-masing dan melihat permasalahan dengan jernih serta tidak bertindak emosional.

5. Berikan nasehat kepada anak-anak di saat yang tepat
Memberi nasihat sewaktu pertengkaran terjadi saat emosi sedang membara tidak akan ada gunanya. Jangankan anak-anak, orang tua pun akan sulit menerima nasehat dalam keadaan diri sedang emosi. Untuk itulah, diperlukan waktu yang tepat disaat hati mulai tenang untuk membicarakan pertengkaran yang telah terjadi.

Carilah waktu di saat anak sedang santai untuk membicarakan kembali kesalahan-kesalahan saat pertengkaran terjadi. Cara ini juga sekaligus memberikan stimulus pada anak agar terbiasa melakukan muhasabah (evaluasi diri).

Rasulullah Saw sendiri menganjurkan beberapa pilihan waktu untuk memberi nasehat kepada anak-anak, yaitu :
1) Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan
2) Di waktu makan
3) Saat anak sakit

6. Doakanlah anak-anak, selalu!
Menjadi sebuah kemestian bagi orang tua untuk senantiasa mendo’akan anak-anaknya. Karena, selain do’a itu sendiri diperintahkan oleh Allah Swt, tenyata do’a juga akan semakin menghangatkan kasih sayang dan semakin memantapkan cinta orang tua terhadap anak.

Mohonkanlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh dan penuh harap agar rumah tangga senantiasa diliputi keberkahan dan harmonis satu sama lain. Berdo’alah selalu agar anak-anak kita menjadi qurrata a’yun yang kokoh aqidahnya, taat syari’at, baik akhlaqnya, dan selalu tolong menolong dalam ketaatan dan kesabaran. Mohonkan juga agar kita –orang tua- dan anak-anak kelak di yaumil akhir dipertemukan kembali di jannahNya. Insya Allah.

Wallahu a’lam bishshawab

(yuli kusumadewi)

Pentingnya Tahfidz Qur'an Sejak Dini

Siapapun kita, sebagai orangtua muslim tentu mengharapkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Taat pada Allah Swt, ittiba’ kepada Rasulullah Saw, taat syari’atNya, berbudi pekerti yang baik dan berbakti pada orangtuanya. Anak yang shalih dan shalihah adalah anak-anak yang benaknya dipenuhi dengan al-Qur’an, bahasanya adalah bahasa al-Qur’an dan perilakunya adalah cerminan al-Qur’an.

Sebaik-baik bahasa adalah bahasa al-Qur’an, sebaik-baik tuntunan adalah al-Qur’an. Maka jika kita menginginkan anak-anak kita berbahasa yang baik dan berprilaku luhur, dekatkanlah mereka dengan al-Qur’an. Jika kita mengharapkan anak-anak kita mudah taat dan bersegera dalam menjalankan syari’atNya, buatlah mereka mencintai al-Qur’an dan menghapalnya.

Mengapa Tahfidzul Qur’an begitu urgen?

Allah Swt berfirman :
”Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (TQS. Al-Isra : 9)

Rasulullah Saw bersabda :
”Orang yang mahir dengan al-Qur’an akan bersama-sama dengan rombongan malaikat yang mulia dan senantiasa berbuat baik... (HR. Muslim dari Aisyah ra)

”Bacalah al-Qur’an, karena al-Qur’an akan datang pada hari kiamat kelak memberi syafaat (pembelaan) kepada ahlinya” (HR. Muslim dari Umamah al Bahili ra)

Dengan tahfidzul qur’an tentu saja anak akan menjadi dekat dengan al-Qur’an. Anak pun akan menjadi lebih peka terhadap suara dan gaya bahasa al-Qur’an, sehingga akan muncul rasa tidak senang terhadap suara dan gaya bahasa yang kasar.

Tahfidzul qur’an juga akan berefek meningkatkan konsentrasi anak. Dan jika ini terjadi, maka sangat dekat kemungkinan anak kita untuk berkonsentrasi dalam menerima ilmu dan pemahaman dalam proses belajar mengajar, termasuk akan mudah mengingat hal apapun yang kita tanamkan kepadanya.

Anak juga akan memiliki hati yang lembut, karena hal itu dijanjikan Allah dalam firmanNya ;
”Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram...” (QS. Ar-Ra’d : 28).

Tidak hanya itu, tahfidzul qur’an juga akan menghidupkan jiwa yang mati.Sabda Rasul Saw :”sesungguhnya orang yang didalam hatinya tidak ada al-Qur’an sedikitpun (yang dihapal), bagaikan rumah yang akan roboh” (HR. Tirmidzi)

Allah juga memberikan apresiasi bagi orang-orang yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an, Sabda Rasul saw :
”Orang yang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya”Hadits ini juga memberi motivasi untuk para orang tua agar turut serta dalam proses ’membenakkan’ al-Qur’an pada anak-anaknya.

Bagaimana arah pembelajaran Tahfidzul Qur’an kepada anak :

Pembelajaran tahfidzul qur’an akan memberikan motivasi kepada anak untuk selalu meraih derajat tertinggi di hadapan Allah Swt dengan menghapalkan al-Qur’an. Benak anak kita pun akan dipenuhi dengan al-Qur’an.

Memorinya akan banyak terisi oleh ayat-ayat Allah, sehingga para orang tua akan lebih mudah mengingatkan dan mengarahkan anak-anaknya.Selain itu, tentu saja tahfidzul qur’an akan membuat anak-anak kita mudah dalam menguasai dalil-dalil syara’, dan akan jauh lebih mudah bagi para orangtua untuk menanamkan pemahaman syari’ah kepada anak-anaknya.

Tips tahfidz qur’an untuk anak

• Pilih waktu yang nyaman dan suasana yang menggembirakan. Tidak masalah jika anak-anak sedang bermain. Menghapal al-Qur’an tidak berarti posisi anak dengan guru/orang tua yang mengajarkannya ’face to face’. Cukup dengan memastikan pendengarannya ’on’, meski dia melakukan aktivitas (misalnya menulis, menggambar, bermain puzzle, dll).

Menghapal alqur’an bisa dilakukan secara terjadwal (misal ba’da shalat subuh dan ba’da shalat maghrib, atau menjelang tidur) atau tidak terjadwal (saat anak main atau belajar dengan orangtuanya)• Bacakan satu surat utuh (jika surat pendek) dengan cara ; orangtua membacakan satu ayat, diulang oleh anak satu ayat. Jika anak masih Batita, orangtua cukup membacakan satu surat penuh berulang-ulang, minimal 10 menit.

• MP3, radio atau multimedia dapat membantu, jika orangtua memiliki keterbatasan dalam hapalan al-Qur’an atau mengalami kesulitan untuk membacakan ayat-ayat al-Qur’an fasih, tartil dan suara yang merdu.

• Jika anak melakukan kesalahan dalam hafalan, jangan memintanya untuk mengulanginya lagi, karena hal itu akan membebaninya dan membuatnya berkecil hati. Cukup dengan membacakan ulang kalimat ayat yang benarnya.

• Buatlah pola muraja’ah (mengulang) yang mengasyikkan. Mulailah dengan bercerita tentang satu tokoh atau satu kisah yang berkaitan dengan ayat-ayat yang sedang dihapal. Lalu, bacakanlah ayat/surat yang telah dihapalkan anak secara berurutan dengan nyaring dang gembira. Biarkan anak-anak kita mengikutinya.

• Jangan takut menetapkan target tahfidz untuk anak. Berkomitmenlah dengan suami/istri untuk menjalankan program ini sebaik mungkin.

Wallahu a’lam bishshawwab.

maaf lahir bathin...dan mohon do'a restu

tepatnya 3 minggu setelah melahirkan Hamasah, putri kedua kami, tiba-tiba suami mengeluarkan lembaran kertas. dan meminta sy untuk membubuhkan tanda tangan disana..

"mi, tanda tangan ya! disini..." ujarnya

"tanda tangan apa ayah?... bukan surat cerai kan?..."

"bukan atuh ummi..., ini hadiah buat ummi, yang sudah berjuang melawan maut dua kali..."

Dan betapa terkejutnya sy... tatkala melihat kertas itu adalah sebuah aplikasi setoran ONH atas nama sy. Allahu Akbar! Allahu Ghaniy... Allahu Rahiim...


Senang. Bahagia. Terharu. Ah, pokonya mah semua rasa campur jadi satu. Syukru lillaah wal hamdulillah.. Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...Terimakasih Ya Allah... I love U so much!Makasih juga ayah sayang...yang sdh memberi jalan...


Alhamdulillah panggilan itu akhirnya datang...setelah sempat terhambat karena dibatasinya kuota di tahun 2008. Insya Allah, mudah-mudahan tahun ini kami berdua berangkat ke tanah suci.MOHON MAAF yang sebesar-besarnya jika ada yang pernah tersakiti... mohon do'anya agar kami sampai umur dan kesempatan...

---

Ingatan sy melayang ke satu masa. Awal Dzulhijjah 1427 H. Jelang keberangkatan rombongan haji Kota Bogor (entah kloter berapa), sy didaulat untuk menjadi pemandu acr walimatussafar warga komplek yg akan menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Saat itu, kebetulan yang sangat betul.. ada sekitar 13 orang yang akan menjadi tamu Allah. Sehingga acr walimatussafar di gelar di lapangan basket yg letaknya di dlm komplek IPB4 (kyk nikah massal gitu deh). Entah apa yg membuat ibu2 calon haji (yang juga tetangga sy yang baik hati itu) memilih sy mjd MC. Tp krn hubungan yang terlampau erat, sy jg sulit menolak.


Akhirnya hr itu, sy tampil memandu acara.Walimatussafar yang sangat syahdu. mengharu biru krn banyak air mata yang tertumpah. sangat mengesankan.sy ingat, saat bersalaman dg ibu2 calhaj.. sy membisikkan do'a untuk mereka "Allahummaj'alhaa hajjan mabruuran..." dan tak lupa titip do'a.. "Ibu... do'akan sy sgr menyusul berangkat kesana..."Dan ketika sekarang panggilanNya sayup-sayup terdengar... sy kemudian berpikir "mungkinkah ini jwbn do'a tetangga-tetanggaku yang baik saat menunaikan ibadah haji dzulhijjah 1427 H dulu...?" yaa, sangat mungkin! :)


---


tentang apa yang saya alami sekarang..jujur, tidak pernah terlintas sebelumnya.berangkat haji dalam bayangan sy, masih jauuuh... lha rumah saja belum punya :)tabungan pun tak ada.tapi rezeki memang datang dari arah yang tidak disangka-sangka.ukuran manusia tidak selalu sama dengan ukuran Allah. rencana kita juga kadang tak sejalan dengan rencanaNYA.


Sy semakin mengerti dan memahami, bahwa benarlah yang Maha Berkuasa dan Berkehendak itu Allah..Subhanallah walhamdulillah...


Saat ini, sy pun masih diliputi perasaan harap-harap cemas.akankah usia dan kesempatan sy ada? bertamu di baytullaah.. memandang ka'bah dari dekat. Sholat di maqom ibrahim, berdo'a di multazam, kontemplasi di 'arafah... dan menyusuri tempat2 bersejarah ; merasakan geliat perjuangan Rasulullah junjungan dan sahabat2nya yang mulia...Allahumma ballighnaa...ya Allah.. berilah kami kesempatan itu... Amiin

---------------
dalam kesempatan yg baik ini, sy mau minta maaf yang sebesar2nya jika pernah melakukan kesalahan. khusus buat guru-guru tercinta, terimakasih atas semua yang telah diberikan. mohon maaf jika pernah menorehkan luka...


untuk teman2,kalo sy punya hutang atau janji yang belum ditepati... mohon diingatkan agar sy bisa segera menyelesaikannya.. syukron dan mohon do'anya...:)

wassalam
Yuli Kade

vaksinasi dan sistem dajjal

Koran Republika edisi Sabtu 25 April 2009 memuat sebuah berita yang sebenarnya sangat penting bagi ummat Islam. Letaknya di pojok kanan halaman 12. Berita itu memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi. Bayangkan..! Vaksin yang selama ini diharuskan bagi calon jamaah haji ternyata mengandung zat najis, bukan sekedar haram. Kita tahu bahwa dalam ilmu fiqh membersihkan tubuh dari bahan najis sejenis babi mengharuskan kita mencuci bagian tubuh yang tersentuh najis itu dengan air sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan tanah. Lalu bagaimana caranya bila zat najis itu dimasukkan ke dalam tubuh kita? Adakah cara untuk membersihkannya? Padahal di antara dampak barang haram, apalagi najis, yang masuk ke dalam tubuh seorang muslim ialah tidak bakal dikabulkannya doa. Begitu kurang lebih penegasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Berarti para jamaah haji kita yang sudah bersusah payah dengan biaya besar pula pergi ke tanah suci, ternyata dengan syarat vaksin ini justru menyebabkan berbagai doa yang diajukannya di tempat-tempat mustajab menjadi sia-sia? Wallahua’lam.

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ
إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Kemudian Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam menyebut tentang seseorang yang baru pulang safar lalu menengadahkan tangannya ke langit berdoa: “Ya Rabb, ya Rabb.” Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan ia menyantap apa-apa yang haram. Bagaimana yang demikian bisa dikabulkan? ” (HR Muslim 1686)
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membicarakan solusi dari masalah di atas. Kami cuma ingin mengingatkan pembaca bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini memang sungguh zaman yang tidak berfihak kepada Islam dan kaum muslimin. Kita sedang menjalani era paling kelam dalam sejarah Islam. Inilah babak keempat dari era Akhir Zaman. Inilah babak kepemimpinan para mulkan jabbriyyan (raja-raja / penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak sambil mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya). Sesudah runtuhnya tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara ummat Islam –yakni al-khilafa al-Islamiyyah- maka Allah menyerahkan giliran kepemimpinan ummat manusia kepada kaum kuffar. Apalagi setelah memasuki era globalisasi semakin tampak saja dominasi kaum kuffar atas kehidupan manusia di planet bumi ini. Dengan komandan negara Amerika Serikat di bawah konsultan Yahudi, dunia digiring menjauh dari nilai-nilai Rabbani. Pantas bilamana seorang ulama Pakistan bernama Imran Hussain berkata: ”We are living in a godless civilization.” (Kita sedang hidup dalam peradaban yang tidak bertuhan).

Problem vaksinasi hanyalah salah satu contoh kasus dari dominasi nilai-nilai kafir yang sedang mendominasi dunia dewasa ini. Pada hakikatnya segenap lini kehidupan dunia modern dewasa ini sarat dengan permasalahan jika ditinjau dengan perspektif ajaran Allah Al-Islam. Ketika dunia dipimpin oleh kaum kuffar wajarlah bila kita temukan berbagai lini kehidupan ummat manusia menjadi bermasalah. Semua ini tidak terlepas dari fakta bahwa para pemimpinnya sendiri tidak mengerti arah dan tujuan hidup di dunia. Lalu bagaimana lagi bisa diharapkan mereka dapat mengantarkan ummat manusia yang mereka pimpin menuju arah dan tujuan yang jelas dan benar?

Seorang penulis muslim berkebangsaan Inggris bernama Ahmad Thomson menulis sebuah buku berjudul ”Dajjal:The Anti-Christ.” Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Sistem Dajjal.” Dalam bukunya ia menjelaskan bahwa sejak hampir satu abad yang lalu dunia makin hari makin membentuk dirinya menjadi sebuah Sistem Kafir yang lebih cocok disebut sebagai Sistem Dajjal. Ia berpandangan bahwa Dajjal memiliki tiga sisi tampilan. Pertama, sisi sebagai gejala sosial budaya global. Kedua, Dajjal sebagai kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata. Dan ketiga, Dajjal sebagai individu atau oknum. Keberadaan sistem dan para pengurusnya itu, merupakan bukti dari Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Dilihat dari semua pertanda yang nampak dewasa ini, kedua sisi Dajjal tersebut - yang akan dijelmakan oleh si Dajjal sendiri - sudah sangat kentara, ini berarti kemunculan Dajjal sudah sangat dekat.
Jadi berdasarkan tulisan Ahmad Thomson dewasa ini Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan kekuatan gaib yang tidak tampak kasat mata sudah mewujud. Tinggal Dajjal sang individu atau oknum yang belum muncul. Seluruh nilai-nilai yang berlaku dalam sistem Dajjal secara diameteral bertentangan dengan nilai-nilai Sistem Kenabian. Sebab sistem Dajjal berisi nilai-nilai kekafiran sedangkan sistem Kenabian mengandung nilai-nilai keimanan. Baik itu dalam bidang ideologi, sosial, politik, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, hukum, militer dan pertahanan keamanan. Tentu tidak ketinggalan ia juga mencakup aspek kehidupan yang disebut dengan dunia medis. Coba perhatikan kutipan tulisan Ahmad Thomson di bawah ini:

Sebagaimana sistem pabrik dan sistem pendidikan kafir, sistem medis kafir dijalankan bak sebuah bisnis. Sistem medis kafir tak begitu peduli pada penyembuhan dan apa yang bermanfaat atau tidak. Bahkan merupakan sebuah bisnis besar bagi perusahaan-perusahaan farmasi yang memasok obat-obatan dan peralatannya, seraya memelihara beribu-ribu pekerja yang dikaryakan untuk menambal para pasien, agar mereka pun bisa dikaryakan. Kini, kita lebih sering mendengar mahasiswa kedokteran berbicara mengenai gaji-gaji besar yang mereka cita-citakan – apabila telah lulus ujian dan mendapat secarik kertas – dibanding dengan berbicara mengenai cita-cita mereka untuk menyembuhkan banyak manusia, atau berbicara mengenai bagaimana cara mencapai penyembuhan tersebut.

Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang berkembang guna melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir.

Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924 . Di dalam situs itu ditulis:

“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib)

Saudaraku, sungguh terasa bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini benar-benar merupakan zaman penuh fitnah. Seandainya Allah tidak melindungi dan merahmati kita, niscaya kita terancam oleh kekuatan kaum kuffar yang setiap saat menebar kemudharatan. Kemudharatan mana tidak hanya mengganggu aspek fisik diri kita, melainakan mencakup aspek pemahaman bahkan aqidah kita.

Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh menuntut kita untuk sangat memperhatilkan peringatan Allah di bawah ini:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
”Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang ada di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS Al-An’aam ayat 116)

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunujukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.
Berita yang memuat hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan yang menyimpulkan bahwa Vaksin Meningitis mengandung enzim porchin dari babi ternyata berbuntut panjang. Bagaimana tidak, sebab Vaksin Meningitis diharuskan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi bagi calon jamaah haji Indonesia, bahkan seluruh jamaah haji sedunia. Anggota Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara' (MPKS) Departemen Kesehatan (Depkes), Prof Jurnalis Udin berkata: ''Pemerintah berniat melindungi rakyat, karena Pemerintah Arab Saudi mewajibkan calon jamaah haji harus divaksin supaya tidak terserang meningitis.'' (Koran Republika Kamis, 30 April 2009 pukul 23:27:00) Mau berangkat melaksanakan ibadah malah disyaratkan untuk dimasukkan terlebih dahulu zat najis ke dalam tubuh para hamba Allah tersebut..! Kalau kita ikuti pemberitaan soal kasus ini -di harian yang sama- ternyata pendapat yang muncul saling kontra satu sama lain. Ada sementara fihak yang terkesan meringan-ringankan masalahnya dan ada fihak lainnya yang tampak sangat peduli dan prihatin.

Pertama, hasil temuan LPPOM Majelis Ulama Islam Sumatera Selatan tersebut sudah melewati forum diskusi dengan para pakar, diantaranya pakar farmakologi Prof Dr T Kamaluddin Ketua Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (Unsri), pakar penyakit dalam dan pakar dokter anak. Artinya, ini bukan sekedar suatu lontaran yang diajukan oleh sekumpulan ulama yang hanya bergerak di bidang ilmu agama Islam semata. Ternyata mereka dengan penuh tanggung-jawab sudah melibatkan fihak yang memang membidangi urusan terkait. Sehingga sangat tidak pantas jika Departemen Kesehatan (Depkes) meragukan dugaan temuan LPPOM MUI Sumatra Selatan tentang kandungan enzim babi dalam vaksin meningitis (radang selaput otak) yang biasa digunakan jamaah haji dan umrah Indonesia. Jadi apa yang mereka sampaikan tentang vaksin meningitis yang mengandung enzim babi bukan tanpa melalui kajian. (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)

Sekretaris MUI Sumsel KH Ayik Farid berkata: ”Dalam Rakernas MUI sudah kami sampaikan bahwa proses pembuatan vaksin meningitis tersebut menggunakan enzim porchin dari binatang babi. LPPOM MUI Pusat juga sudah mengakui itu, namun karena sudah ada kontrak pengadaan vaksin tersebut selama lima tahun maka penggunaannya tidak bisa diganti.” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 11:42:00)

Benarkah hanya karena terlanjur sudah ada kontrak pengadaan vaksin selama lima tahun, maka penggunaannya tidak bisa diganti? Walaupun itu berarti mewajibkan terus-menerus jamaah haji untuk memasukkan ke dalam tubuhnya –lebih tepatnya ke dalam darahnya- zat najis yang tentunya bisa merusak ke-mabrur-an ibadah hajinya?

Kedua, ternyata kasus vaksin meningitis mengandung enzim babi ini merupakan kasus lama. Pemerintah –dalam hal ini Depkes dan Depag- sudah mengetahui hal ini sejak lama. Bahkan Direktur LPPOM MUI, Nadratuzzaman, mengatakan bahwa pemerintah sendiri sudah mengetahui kasus ini, tapi hanya mendiamkan saja. Laa haula wa laa quwwata illa billah...! Jadi, ini bukan suatu kasus yang baru terdeteksi sekarang. Ia sudah diketahui sejak lama. ”Nadratuzzaman menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berdiam diri, padahal mereka sudah tahu masalah ini sejak lama. Pihaknya mengaku telah mengirimkan surat berkali-kali ke Departemen Kesehatan agar mengganti vaksin yang mengandung enzim babi itu. "Tapi, tidak ada balasan. Mereka hanya menganggap kita membuat resah masyarakat," ujarnya menegaskan.” (Koran Republika Rabu, 29 April 2009 pukul 23:41:00)
Mengapa kasus yang demikian besar pengaruhnya bagi ke-mabrur-an jamaah haji dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah cq Depkes dan Depag?

Ketiga, pejabat tertinggi di kedua departemen yang paling bertanggungjawab dalam masalah ini tidak memberikan respon sebagaimana mestinya. Malah terkesan mengelak atau menyalahkan fihak lain. Menteri Kesehatan misalnya malah membantah tanpa pikir panjang bahwa vaksin Meningitis mengandung enzim babi. ”Depkes pernah melakukan penelitian kandungan vaksin itu dan ternyata negatif mengandung enzim babi. ''Tidak ada itu, tidak betul tuh,'' ujar Menteri Kesehatan (Menkes), Siti Fadilah Supari, dalam pesan singkatnya yang diterima Republika, Senin (27/4).” (Republika Newsroom Senin, 27 April 2009 pukul 16:52:00)
Tanggapan Menteri Agama bahkan terdengar lebih aneh dan cenderung menyalahkan fihak lain: ''Saya sangat kecewa dan menyayangkan cara penyampaiannya yang dilakukan MUI. Mestinya, cukup disampaikan kepada kami, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Sehingga, tidak membuat gelisah calon jamaah haji,'' papar Menag. (Koran Republika Selasa, 28 April 2009 pukul 23:33:00)
Apakah respon kedua petinggi ini mencerminkan sikap bertanggung-jawab? Apakah mereka berdua tidak memahami efek syar’i yang ditimbulkan sebagai akibat adanya kandungan enzim babi di dalam vaksin Meningitis bagi jamaah haji? Ataukah keduanya memang sudah terikat dengan sebuah ”protap” yang harus dipatuhi sehingga mereka terkesan menganggap remeh perkara ini?

Keempat, selama ini pemerintah berlindung dibalik status hukum ”darurat” sehingga vaksin yang mengandung zat najis tetap diberikan kepada jamaah haji kita. Pemerintah berdalih bahwa vaksin Meningitis sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan penyakit mematikan radang selaput otak sedangkan vaksin dengan kandungan enzim babi tersebut merupakan satu-satunya solusi untuk mengatasinya. Jadi, dalam rangka menghindari suatu kemudharatan yang lebih besar maka diambillah kemadharatan yang lebih kecil, yaitu memandang ”halal” apa yang asalnya ”haram” .
Namun Sekretaris Umum MUI Pusat Ichwan Syam berkata: ''Tapi setelah kita yakin ada gantinya, apalagi saya dengar Malaysia sudah menggunakan vaksin dari sapi, tentunya lain masalahnya.” Lebih lanjut Ichwan Syam menegaskan bahwa pemerintah harus proaktif mencari pengganti vaksin tersebut. (Republika Newsroom Jumat, 01 Mei 2009 pukul 11:35:00)
Senada dengan itu Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub menuturkan, penggunaan vaksin meningitis berenzim babi diperbolehkan dengan syarat: pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya, sedangkan vaksin halal tak ada. Hal itu disebutnya sebagai kondisi darurat. ''Namun, jika setelah ada solusi, maka vaksin yang mengandung enzim babi itu harus diganti.'' (Koran Republika Sabtu, 02 Mei 2009 pukul 23:37:00)

Kelima, ternyata bukan hanya vaksin Meningitis yang mengandung enzim babi. Tetapi banyak vaksin lainnya mengandung enzim babi serupa. Hal ini jelas diutarakan oleh Direktur LPPOM MUI Nadratuzzaman. Ia berkata: "Ini masalah lama, kita tahu, Depertemen kesehatan juga tahu. Banyak vaksin yang mengandung enzim babi, bukan hanya vaksin meningitis saja.” (Republika Newsroom Selasa, 28 April 2009 pukul 19:29:00).
Masalah vaksinasi dengan kandungan enzim babi merupakan masalah khusus bagi umat Islam. Umat lainnya tidak peduli dengan halal-haramnya vaksinasi. Namun perlu diketahui bahwa bagi mereka yang bukan muslim vaksinasi juga merupakan masalah, sebab dari segi kesehatan fisik ternyata juga mengandung mudharat. Dan tentunya jika secara fisikpun ia membawa mudharat, bararti bagi ummat Islam lengkaplah sudah alasan untuk meninggalkan vaksinansi sepenuhnya. Vaksinasi haram secara tinjauan syar’i dan ia mudharat secara tinjauan medis.
Dalam sebuah situs bernama informationliberation:The news you’re not suppose to know terdapat sebuah video yang menjelaskan bahaya vaksinasi bagi ummat manusia. Video tersebut melibatkan para dokter medis, peneliti dan pengalaman beberapa orang tua dalam hal vaksinasi. Video tersebut bernama Vaccination:the Hidden Truth (Vaksinasi: Kebenaran yang Disembunyikan). Sudah banyak orang menjadi sadar untuk meninggalkan budaya vaksinasi sesudah menonton video ini. Bagi yang berminat silahkan click http://www.informationliberation.com/?id=13924 . Di dalam situs itu ditulis:

“Find out how vaccines are proven to be both useless and have harmful effects to your health and how it is often erroneously believed to be compulsory.” (Temukan bagaimana vaksin terbukti sia-sia belaka dan malah mengandung efek berbahaya untuk kesehatan Anda dan bagaimana ia sering keliru diyakini sebagai wajib)

Keenam, benarkah vaksin Meningitis merupakan suatu persyaratan yang tidak bisa tidak bagi setiap calon jamaah haji? Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ali Mustafa Yakub mensyaratkan dua hal untuk menetapkan suatu keadaan darurat, yaitu: (1) pemakaian vaksin itu diharuskan dan bisa berbahaya bagi keselamatan jiwa, bila tak menggunakannya; serta (2) vaksin halal tidak tersedia.

Baiklah, andai kita asumsikan bahwa memang vaksin halal bisa diperoleh, lalu apakah itu sudah cukup alasan untuk mewajibkan jamaah haji diberikan ”vaksin Meningitis halal” tersebut? Pernahkah para pakar medis benar-benar melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa keselamatan jiwa terancam bila vaksin tersebut tidak diberikan? Benarkah selama ini vaksin Meningitis memang efektif untuk mencegah penularan penyakit radang selaput otak? Apakah tidak ada satupun jamaah haji Indonesia yang mencapai duaratusribuan orang lolos masuk ke tanah suci tanpa diberikan vaksin Meningitis? Lalu kalau benar ternyata ada yang lolos pernahkah kita mendengar kabar jamaah Haji Indonesia meninggal lantaran penyakit mematikan tersebut, padahal setiap tahunnya ada saja jamaah kita yang meninggal di musim haji?
Kita memandang perlu untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini karena bukan rahasia lagi bahwa sebagian dokter tidak terlalu meyakini efektifitas vaksin ini. Bahkan tidak jarang kita temui dokter yang mengizinkan seseorang berangkat haji tanpa harus divaksin. Namun sikap ini biasanya mereka tampilkan hanya dalam forum terbatas. Jika sudah berbicara di forum terbuka mereka akan bicara mengikuti ”alur mantera” yang diharuskan oleh profesi medis-nya.
Ahmad Thomson menggambarkan sistem medis kafir sebagai sebuah bisnis besar yang berkembang guna melestarikan proses produsen-konsumen. Sistem medis dalam Sistem Dajjal tidak pernah dimaksudkan untuk benar-benar menghapus penyakit dan menimbulkan kesehatan. Ia malah melestarikan penyakit dengan mencekoki masyarakat obat-obatan kimiawi yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Itulah sebabnya industri farmasi menjadi industri yang sangat profitable (menguntungkan secara bisnis). Tak kecuali fenomena yang disebut dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu cara massif untuk menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada sistem medis dan sistem farmasi kafir.

Saudaraku, sungguh terasa bahwa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini benar-benar merupakan zaman penuh fitnah. Seandainya Allah tidak melindungi dan merahmati kita, niscaya kita terancam oleh kekuatan kaum kuffar yang setiap saat menebar kemudharatan. Kemudharatan mana tidak hanya mengganggu aspek fisik diri kita, melainkan mencakup aspek pemahaman bahkan aqidah kita.

Hidup di babak keempat era Akhir Zaman sungguh menuntut kita untuk sangat memperhatilkan peringatan Allah di bawah ini:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ أَكَابِرَ مُجْرِمِيهَا لِيَمْكُرُوا
فِيهَا وَمَا يَمْكُرُونَ إِلَّا بِأَنْفُسِهِمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

”Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS Al-An’aam ayat 123)

Kita tidak mengatakan bahwa Menteri Agama dan Menteri Kesehatan sebagai penjahat-penjahat yang terbesar sebagaimana Allah singgung di atas. Namun kita khawatir bahwa mereka telah menjadi bagian dari suatu sistem lebih besar yang mengharuskan semua elemennya untuk mendukung ide jahat para pembuat makar dalam Sistem Dajjal dewasa ini. Wallahu a’lam.

Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami bahwa yang benar itu benar, dan berilah kami kekuatan untuk mengikutinya. Dan tunujukkanlah kepada kami bahwa yang batil itu batil, dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya.(Ust. Ihsan Tanjung, www.eramuslim.com)